Ikappi: Fase Kenaikan Harga Pangan Jelang Ramadhan Sudah Dimulai

Rep: Dedy Darmawan Nas/ Red: Muhammad Subarkah

Jumat 25 Mar 2022 12:55 WIB

Warga membeli daging sapi di Pasar Pabaeng-Baeng, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (24/3/2022). Badan Urusan Logistik (Bulog) wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) menyediakan sekitar 50 ton daging beku, 400 ton gula pasir dan 130 ribu ton beras untuk memastikan stok pangan di Sulsel tetap aman jelang Ramadhan 1443 Hijriah. Foto: ANTARA/Arnas Padda Warga membeli daging sapi di Pasar Pabaeng-Baeng, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (24/3/2022). Badan Urusan Logistik (Bulog) wilayah Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) menyediakan sekitar 50 ton daging beku, 400 ton gula pasir dan 130 ribu ton beras untuk memastikan stok pangan di Sulsel tetap aman jelang Ramadhan 1443 Hijriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengingatkan, tahapan kenaikan harga pangan menjelang bulan Ramadhan sudah mulai terjadi. Setidaknya terdapat tiga fase puncak kenaikan harga yang perlu dipahami masyarakat dan diantisipasi pemerintah. 

"Fase pertama, biasa terjadi pada tiga hari hingga satu minggu menjelang Ramadhan," kata Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Putri Bilanova, secara tertulis kepada Republika.co.id, Jumat (25/3/2022). 

Ia menjelaskan, kenaikan harga pada fase pertama itu terjadi karena banyaknya permintan masyarakat. Seperti diketahui, budaya masyarakat Indonesia biasa akan menyajikan makanan-makanan istimewa dalam menyambut Ramadhan. 

"Maka kami berharap  fase pertama ini, pemerintah dapat menjaga pasok bahan-bahan yang ada di pasar dapat tersedia dan distribusi dijaga dengan baik serta produksi dapat di perbaiki," katanya menambahkan. 

Adapun, fase kedua terjadi pada tujuh hingga tiga hari jelang Hari Raya Idul Fitri. Pada waktu transisi fase pertama dan kedua, akan terjadi penurunan permintaan, lalu akan melonjak tinggi di penghujung Ramadhan. 

Biasanya, kata Putri, pedagang dan masyarakat mempersiapkan beragam macam hidangan pada Hari Raya, maka permintaan pun akan melonjak tinggi. Sama halnya pada fase pertama, Ikappi berharap seluruh pihak terkait dapat menjaga pasokan pangan tetap aman disertai kelancaran distribusi. 

"Sebab, pada fase kedua ini banyak terjadi kendala distribusi karena beberapa komoditas harus terganggu dengan adanya arus mudik lebaran," ujarnya. 

Adapun, pada fase Ketiga, yakni setelah Idul Fitri, sekitar dua hingga tiga hari setelah lebaran. Pada waktu tersebut, akan banyak komoditas tidak dapat ditemui di pasar tradisional karena banyaknya pedagang yang masih mudik dan tidak memiliki stok. 

"Fase ini juga rawan, kami berharap pemerintah juga mengantisipasi fase ini agar masyarakat bisa tersenyum dan lancar menjalankan Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2022," kata dia.