Selasa 27 Jul 2021 20:58 WIB

Afghanistan Tangkap Empat Jurnalis Lokal

Pejabat kemanan Afghanistan tak izinkan wartawan untuk pergi ke daerah konflik.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Afghanistan dan perlengkapan perang AS.
Foto: Anadolu Agency
Tentara Afghanistan dan perlengkapan perang AS.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pihak berwenang Afghanistan telah menangkap empat wartawan atas tuduhan propaganda, pada Selasa (27/7). Mereka ditangkap setelah mencoba memasuki daerah Spin Boldak di Provinsi Kandahar selatan, yang menjadi medan tempur antara pasukan keamanan Afghanistan dengan  Taliban.

Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan, tiga jurnalis di Kandahar yang bekerja untuk radio lokal dan satu jurnalis yang bekerja untuk televisi lokal telah ditangkap. Mereka ditangkap setelah mengabaikan peringatan dari Direktorat Keamanan Nasional (NDS) agar semua jurnalis tidak memasuki daerah itu.

Baca Juga

"NDS tidak mengizinkan wartawan pergi ke daerah itu, karena pasukan keamanan ingin menyelamatkan nyawa mereka," kata wakil juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamid Roshan.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Mirwais Estanikzai mengatakan, para wartawan telah ditangkap atas tuduhan propaganda kepada musuh. Badan-badan keamanan sedang melanjutkan penyelidikan.

"Pemerintah Afghanistan menghormati dan sangat berkomitmen terhadap kebebasan pers, tetapi propaganda apa pun yang mendukung teroris dan musuh, serta bertentangan dengan kepentingan negara, adalah bentuk kejahatan," kata Estanikzai.

Kelompok pendukung media lokal mengatakan, kemampuan media untuk melaporkan daerah-daerah penting dan medan perang ketika konflik meningkat di Afghanistan, semakin terhambat. Amnesty International meminta keempat wartawan itu dibebaskan.

"Kami prihatin dengan penahanan empat jurnalis di Kandahar oleh Direktorat Keamanan Nasional," kata Amnesty International di Twitter.

Kepala kelompok hak media Afghanistan NAI, Mujib Khalwatgar, mengatakan, wartawan telah merasakan tekanan yang meningkat dari Taliban maupun pemerintah Afghanistan. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan dalam beberapa pekan terakhir, tepatnya setelah pasukan asing menarik diri dari Afghanistan.

"Kami berharap pemerintah mendukung kebebasan berekspresi. Jika pemerintah melanjutkan dengan cara ini, dan ingin memberlakukan pembatasan pada media, kami akan kehilangan pencapaian terbesar," ujar Khalwatgar.

Taliban menguasai daerah Spin Boldak di dekat perbatasan dengan Pakistan. Hal ini memicu pertempuran sengit ketika pasukan keamanan mencoba mengambil kembali perlintasan perbatasan yang strategis. Wartawan Reuters Danish Siddiqui tewas saat meliput bentrokan antara pasukan keamanan Afghanistan dan Taliban di daerah itu. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement