Ahad 04 Apr 2021 12:48 WIB

Alumni Timur Tengah Berembuk Selesaikan Kesejahteraan Aceh

Masalah kesejahteraan di Aceh dibahas alumni Timur Tengah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Alumni Timur Tengah Berembuk Selesaikan Kesejahteraan Aceh
Foto: Dok Republika
Alumni Timur Tengah Berembuk Selesaikan Kesejahteraan Aceh

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh berembuk mencari solusi terkait permasalahan kesejahteraan masyarakat Aceh. Kegiatan ini dibuka Dr. TGB. Muhammad Zainul Majdi, Lc., MA selaku Ketua OIAA Organisasi Internasional Alumni Al Azhar secara virtual.

Mantan Gubernur NTB ini mengapresiasi kegiatan diskusi tersebut sebagai wujud bukti cinta untuk Aceh. Menurutnya membangun Aceh perlu kekompakan dan kebersamaan, maka perlu berkaca pada sejarah di mana Aceh menjadi garda terdepan di Nusantara ini.

Baca Juga

"Apalagi saat ini Aceh memiliki Qanun tersendiri yang memudahkan untuk bangkit," kata TGB Muhammad Zainul Majdi saat membuka diskusi dengan mengangkat  tema 'Kesejahteraan Aceh; Tantangan dan Solusi' di Hotel Al-Hanifi, Banda Aceh, kemarin.

Sementara itu Ketua IKAT Aceh Tgk Muhammad Fadhillah, Lc. M.Us dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini fokus mencari pokok persoalan yang menjadikan Aceh sebagai daerah termiskin di Sumatera, kemudian mencari solusi dan langkah apa yang harus dilakukan dalam mewujudkan kesejahteraan Aceh serta menyerap aspirasi dari masyarakat.

"Kegiatan ini sebagi bentuk ikhtiar kita bersama, untuk mencari solusi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Aceh ke depan," katanya.

Nanti kata dia hasil dari yang diskusikan malam menjadi masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terhadap pengentasan kemiskinan di masa mendatang. Untuk itu Muhammad Fadhillah mengajak semua pihak untuk bersatu, mengambil peran sesuai dengan tupoksi masing masing dalam menyelesaikan persoalan kesejahteraan di Aceh.

"Kami berharap agar pemerintah bersama semua elemen masyarakat sama-sama menaruh perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat Aceh dari tingkat bawah, karena menjadi tanggung jawab kolektif," jelasnya.

Pada kesempatan itu Fadhillah menyampaikan terimakasih kepada para pemateri dan juga masyarakat yang telah sama-smaa aktif dan berfikir untuk solusi kesejahteraan Aceh. Kegiatan ini menghadirkan narasumber Ketua DPR Aceh, Dahlan Jamaluddin, S.IP, Bappeda Aceh, Komisioner Baitul Mal Prof Nazaruddin A. Wahid, dan Dr. Drs. Yusrizal, M.Si selaku Kepala Dinas Sosial Aceh.

Hadir juga Wakil Ketua MPU Aceh, Muhibuttabari, Prof Eka Srimulyani, Ph.D selaku Akademisi UIN Ar-Raniry, Prof Nasir Aziz, MBA selaku Akademisi USK, Kadin Aceh, Anggota DPD Aceh, M. Fadhil Rahmi, Lc, perwakilan ormas, mahasiswa, pegiat sosial Edi Fadhil dan sejumlah tokoh Aceh lainnya.

Dalam talk show ini, para pakar saling memberikan pernyataan dan solusi guna menekan angka kemiskinan di Aceh. Hingga pada akhirnya lahirlah sejumlah rekomendasi yang akan disampaikan kepada pemerintah Aceh.

Solusi yang lahir dari diskusi tersebut di antaranya, perlu adanya integrasi data terkait kemiskinan/kesejahteraan yang disempurnakan secara berterusan, perlu  penyadaran bayar zakat bagi yang wajib zakat untuk meningkatkan jumlah zakat sebagai salah satu instrument pengentasan kemiskinan di Aceh, dan diperlukan upaya dan dukungan untuk pembayar zakat dapat menjadi pengurang pajak.

Selanjutnya, diperlukan adanya studi inventarisasi masalah yang perlu diselesaikan serta fokus pada prioritas, koordinasi/sinergi  antar lembaga (SKPA) kompak dan satu visi, keberlanjutan yang fokus pada outcome bukan project-based, didukung oleh legislatif. Diperlukan pemerataan pembangunan dan fokus pada sektor pertanian dan pendidikan.

Kemudian, membangun data-data kemiskinan kultural (bukan struktural) dan membangun kemitraan dengan berbagai macam pihak (pentahelix),  perlu intervensi dengan pendekatan kultural/agama untuk membangun etos kerja yang Islami, perlu sinergisitas dan pemilahan untuk tidak merusak nilai-nilai agama, program bantuan harus memenuhi aspek 6T: tepat disain, tepat sasaran, tepat cara, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat potensi, dan harus mengukur juga aspek sebaliknya seperti kebahagiaan orang Aceh (mungkin lebih tinggi).

Kegiatan ini dipimpin Dr. Amri Fatmi, Lc. MA diikuti ratusan peserta dan juga disiarkan livestreaming. Kegiatan ini merupakan kerjasama dengan OIAA Organisasi Internasional Alumni Al Azhar, Centriefp, IIA Islamic Institute of Aceh, serta ICAIOS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement