Selasa 22 Dec 2020 17:35 WIB

Pfizer-BioNTech Pasok 12,5 Juta Dosis Vaksin ke Uni Eropa

Uni Eropa dapat memvaksinasi 6,25 juta orang dengan masing-masing menerima dua dosis

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Vaksin Pfizer-BioNTech
Foto: EPA-EFE/Brian Snyder
Vaksin Pfizer-BioNTech

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Perusahaan BioNTech dan Pfizer akan memasok 12,5 juta dosis vaksin Covid-19 ke Uni Eropa pada akhir tahun. Perhimpunan Benua Biru diperkirakan akan memulai kampanye vaksinasi pekan ini.

Kepala bisnis BioNTech Sean Marett pada Selasa (22/12) mengungkapkan jumlah dosis yang dikirim ke Uni Eropa melampaui separuh dari yang dijanjikan untuk Amerika Serikat (AS). Pfizer-BioNTech berencana memasok 20 juta dosis vaksin untuk Negeri Paman Sam sebelum akhir tahun.

Baca Juga

Menurut Marett, 27 negara anggota Uni Eropa yang ingin memulai vaksinasi dapat menerimanya dalam lima hari. Dengan 12,5 juta dosis, Uni Eropa dapat memvaksinasi 6,25 juta orang dengan masing-masing menerima dua dosis.

European Medicines Agency (EMA) telah memberi persetujuan penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech pada Senin (21/12). Setelah izin diberikan, Komisi Eropa harus menyetujui dimulainya kampanye vaksinasi.

Kepala Eksekutif BioNTech Ugur Sahin mengatakan dia yakin vaksin yang dikembangkan perusahaannya bersama Pfizer akan tetap efektif melawan varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Kendati demikian, dia akan tetap menyelidiki mutasi tersebut dalam beberapa hari mendatang.

Inggris diketahui telah melaporkan penemuan varian baru SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. Mereka menamakan varian tersebut VUI202012/01. VUI adalah singkatan dari Variant Under Investigation.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan belum ada bukti bahwa varian baru SARS-Cov-2 yang ditemukan di Inggris menyebabkan penyakit lebih parah atau kematian. "Apa yang kami pahami sejauh ini dari data yang telah dilaporkan oleh Inggris bahwa mereka melaporkan ada peningkatan penularan akibat varian ini. Namun sejauh ini tidak ada bukti bahwa hal itu lebih mungkin menyebabkan penyakit parah atau kematian," ucapnya.

Menurut Ghebreyesus, yang terpenting dilakukan saat ini adalah terus menekan penyebaran virus corona. "Semakin kita membiarkannya menyebar, semakin besar kesempatan untuk berubah,” ujarnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement