Niat Puasa yang Teguh Sehatkan Tubuh

Rep: Imas Damayanti/ Red: A.Syalaby Ichsan

Jumat 24 Apr 2020 10:07 WIB

Seorang pria menyiapkan manisan tradisional, menjelang bulan puasa suci Muslim Ramadhan, selama penutupan penuh provinsi Punjab karena pandemi coronavirus COVID-19 yang sedang berlangsung, di Rawalpindi, Pakistan, (21,3 2020). Muslim di seluruh dunia bersiap untuk merayakan bulan suci Ramadhan, dengan berdoa pada malam hari dan tidak makan, minum, dan melakukan hubungan seksual selama periode antara matahari terbit dan terbenam Foto: EPA-EFE/SOHAIL SHAHZAD Seorang pria menyiapkan manisan tradisional, menjelang bulan puasa suci Muslim Ramadhan, selama penutupan penuh provinsi Punjab karena pandemi coronavirus COVID-19 yang sedang berlangsung, di Rawalpindi, Pakistan, (21,3 2020). Muslim di seluruh dunia bersiap untuk merayakan bulan suci Ramadhan, dengan berdoa pada malam hari dan tidak makan, minum, dan melakukan hubungan seksual selama periode antara matahari terbit dan terbenam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bulan Ramadhan telah tiba. Kaum Muslimin di seluruh dunia,  khususnya di Indonesia menjalani Ramadhan kali ini di tengah Pandemi Corona (Covid-19). Untuk itu, puasa Ramadhan sudah selayaknya dijadikan momentum baik untuk menjaga keteraturan dan kesehatan tubuh.

Pentingnya niat dalam menjalani puasa nyatanya bukan hanya berimplikasi pada pahala ibadah saja. Lebih dari itu, Pakar Sel Punca Dr dr Basuki Supartono Sp OT menyatakan, keteguhan niat dalam puasa sangat menentukan dampak positif kesehatan tubuh akibat puasa.

Dalam bahasa ilmiah, keteguhan niat sama seperti sistem setting dalam tubuh. Dia menjelaskan, Menyetting tubuh atas setiap platform yang akan dihadapi tergantung dari bagaiamana settingan tersebut terbangun.“Jika niatnya kuat, maka puasanya akan berimplikasi baik ke dalam tubuh. Mau ada pandemi seperti ini, tidak jadi masalah,” kata Basuki saat dihubungi Republika, Rabu (22/4).

Dia pun menegaskan bahwa puasa tak sama sekali memberatkan manusia. Apalagi Allah SWT memberikan redaksi dalam Alquran berbunyi:”"Ya ayyuhalladzina amanu kutiba alaikumu shiyam, kama kutiba alaikum la’alallakum tattaqun,” Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, telah tiba padamu anjuran berpuasa sebagaimana yang telah dilakukan orang-orang sebelum engkau, agar engkau beriman,”.

photo
Ketua Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Basuki Supartono berbicara saat berkunjung ke Harian Republika, Jakarta, Jumat (3/5). - (Tahta Aidilla/Republika)

Menurut dia, redaksi ayat tersebut jelas membuktikan bahwa Allah memberikan perumpamaan kepada manusia bahwa puasa juga tak memberatkan umat sebelum ini. Artinya, secara kemampuan fisik, bagi orang-orang tertentu, puasa merupakan hal yang dapat dilakukan.

Puasa, kata dia, merupakan hubungan antara manusia dengan Allah. Semakin teguh niat dalam berpuasa, maka semakin erat pula hubungan manusia kepada Allah. Maka terciptalah ketenangan serta rasa nyaman di saat menjalankan ibadah tersebut. “Efeknya apa, hormon endorfin (kebahagiaan) kita akan berproduksi hebat. Artinya, puasa itu benar-benar menyehatkan,” jelas dia.

Imas Damayanti