Friday, 24 Syawwal 1445 / 03 May 2024

Friday, 24 Syawwal 1445 / 03 May 2024

Mengenal Sukarno Lewat Sebuah Buku

Senin 15 Aug 2016 15:44 WIB

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Dwi Murdaningsih

Buku Sukarno

Buku Sukarno

Foto: Istimewa

REPUBLIKA.CO.ID,‎ JAKARTA -- Hari ini Perpustakaan MPR mengupas tentang sosok Presiden RI ke-1 Sukarno. Kisah sosok yang termuat dalam buku biografi yang berjudul Soekarno Paradoks Revolusi Indonesia itu dibedah oleh penulis Iwan Kurniawan, anggota MPR dari Fraksi PDIP Eddy Kusuma Wijaya, dan mantan Sesjen DPR Sri Sumarjati Harjanto.

Buku yang dibedah itu bukan buku baru, melainkan dibuat pada 2001. Buku yang ditulis oleh Tim Seri Buku Tempo itu dibuat bertepatan dengan 100 tahun Sukarno. "Diharapkan buku itu bisa menjadi monumental,” ujarnya, Senin (15/8).

Ketika nama Sukarno dicoba untuk dibukukan, di tubuh tim terjadi perdebatan. Ada yang mengusulkan mengapa tidak menulis sosok Bung Hatta. Dari perdebatan tersebut akhirnya tim menyepakati untuk membuat buku secara berseri yang mengupas kisah para pendiri bangsa. Dari sinilah maka Tempo menulis kisah-kisah para pahlawan seperti Bung Hatta, Cokroaminoto, Kartini, Muhammad Yamin, Soedirman, Tan Malaka, dan yang lainnya.

Menurut Iwan, Soekarno adalah sosok yang populer. Buku yang menulis pria kelahiran Surabaya itu banyak. Meski pada masa-masa tertentu pernah dilarang. Sebelum menulis buku, kata Iwan, tim mengundang sejarawan dan para ahli untuk mendiskusikan tentang sosok yang akan ditulis. Dari diskusi itu muncul ide.

Iwan menyebut banyak ide yang muncul dari Sukarno. Ia adalah pria yang menyatukan berbagai ideologi bahkan yang bertentangan dalam satu ikatan, Nasakom. Dari penyatuan ideologi  itu, Iwan menyebut Sukarno sebagai sosok yang membenturkan ideologi yang berbeda dalam satu ikatan

Dalam buku itu, tim juga mengangkat soal keluarga Sukarno. Dalam mengupas tentang keluarganya, tim melakukan wawancara dengan putra-putrinya. Sebenarnya Sukarno tidak menginginkan anaknya terjun dalam dunia politik. Larangan tersebut dikemukakan sebab dunia politik merupakan kehidupan yang sangat berat. Diceritakan bagaimana kisah akhir si bung itu yang demikian mengenaskan.

Terbitnya buku tersebut diapresiasi oleh Eddy. Eddy sendiri adalah orang yang mengidolakan pria yang dimakamkan di Blitar, Jawa Timur, itu. “Sukarno adalah orang yang inovatif, pemikir, dan pejuang,” ujarnya.

Dalam memerintah kekuasaan, Sukarno melakukan secara revolusioner. Cara ini menurut Eddy bagus, sebab kalau tidak revolusioner maka bangsa ini akan tertinggal dengan bangsa yang lain. Saat itu Indonesia sudah tertinggal dengan Eropa. Menurut dia, pemikiran Sukarno paradoks, namun ternyata pemikiran-pemikiran itu benar dan mulia. “Kalau pemimpin tidak berpikir mulia maka bangsa ini akan lambat. Kalau pemikiran kita tak revolusioner maka kita akan lambat,” ujarnya.

Saat disinggung bahwa Sukarno banyak istri, Eddy dengan tersenyum mengatakan, orang yang kharismatik pasti dekat rakyat dan biasa jatuh cinta. Namun ia juga mencintai rakyat.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler