Saturday, 10 Zulqaidah 1445 / 18 May 2024

Saturday, 10 Zulqaidah 1445 / 18 May 2024

Soal Kerukunan Umat Beragama, tak Ada Negara seperti Indonesia

Senin 18 May 2015 18:14 WIB

Rep: c82/ Red: Dwi Murdaningsih

Ketua MPR Zulkifli Hasan (tengah beserta peserta Rakornas Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia foto bersama usai pembukaan di Jakarta,Senin (18/5).

Ketua MPR Zulkifli Hasan (tengah beserta peserta Rakornas Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia foto bersama usai pembukaan di Jakarta,Senin (18/5).

Foto: Republika/ Tahta Aidilla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR Zulkifli Hasan menghadiri acara pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), Senin (18/5). Dalam pidato yang diberikan untuk membuka Rakornas tersebut, Zulkifli mengatakan, perbedaan atau keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia adalah karunia dari Tuhan yang harus disyukuri.

"Perbedaan itu bisa kita jadikan satu keunggulan. Bisa kita ambil hikmah dengan menjadikan itu sebagai satu kekuatan bagi bangsa," kata Zulkifli di salah satu Hotel di Jakarta Barat, Senin (18/5).

Mengenai kerukunan umat beragama, Zulkifli mengatakan, Indonesia layak menjadi contoh bagi negara lain, termasuk negara maju seperti Eropa. Menurutnya, negara lain dapat mengambil pelajaran dari kehidupan beragama di Indonesia.

"Tidak ada negara seperti kita. Berbagai agama ada di sini. Kita lihat, masjid sebelahnya gereja, ada libur untuk Idul Fitri dan hari raya lain, saat hari raya kita saling berkunjung. Tidak ditemukan di negara lain. Banyak yang sudah kita lakukan," ujarnya.

Meski begitu, dia mengingatkan agar rakyat Indonesia terus menjaga kesatuan dan kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Zulkifli, keadaan damai dan akur tidak bisa terjadi begitu saja. Sudah menjadi kewajiban bagi semua umat beragama untuk menjaga toleransi, ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

"Selain itu, menjadikan empat konsesus, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai perilaku dan budaya kita sehari-hari. Kalau itu sudah selesai, kita bisa fokus pada yang lain dan kita akan jadi negara yang maju, hebat, meninggalkan negara lain. Kita punya potensi untuk itu, SDA, SDM, energi sosial," kata Zulkifli lagi.

Senada dengan Zulkifli, Ketua MUI Pusat Bidang Kerukunan Umat Beragama, Slamet Effendi Yusuf mengatakan, pluralitas atau kemajemukan Indonesia adalah karunia Allah SWT.

"Kita diberikan sebuah negara namanya NKRI. Tidak seragam isinya, tidak hanya satu agama, islam saja. Tidak satu suku saja, banyak sukunya. Kita jg miliki bahasa beraneka rupa. Itu yang Allah berikan pada kita, negara yang majemuk seperti ini," kata Slamet.

Slamet mengatakan, kerukunan harus selalu diperjuangan agar betul-betul menjadi kenyataan. Namun, lanjutnya, yang harus diwaspadai adalah selain dapat memberikan rahmat, kemajemukan juga dapat menjadi bencana.

"Menjadi rahmat ketika dengan kemajemukan itu kreatifitas negara melambung. Di dalam Al Quran kemajemukan itu untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Tapi akan jadi bencana ketika kita mempertentangkan perbedaan," jelasnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler