Senin 15 May 2023 07:35 WIB

Angka Stunting di Prambanan Turun, Kalahkah Kabupaten Sleman

Menggiatkan sosialisasi menjadi salah satu penyebab turunnya angka stunting.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Nora Azizah
Sejumlah warga menunggu giliran untuk mendapatkan bantuan pangan saat di Posyandu.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sejumlah warga menunggu giliran untuk mendapatkan bantuan pangan saat di Posyandu.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Puskesmas Pariwisata Prambanan, Toto Suharto, mengungkapkan  angka stunting di Kapanewon Prambanan alami penurunan. Angka menunjukan penurunan dari 6,4 persen pada tahun 2021 menjadi 6,29 persen pada 2022. 

Toto mengatakan pihaknya akan terus berupaya untuk menurunkan angka stunting. Salah satu upaya yang dilakukan, yaitu dengan menggiatkan sosialisasi.

Baca Juga

"Dengan semangat bersama, kami akan terus upayakan dengan slogan SMART yang dimiliki Puskesmas Pariwisata Prambanan. Solid, mumpuni, akurat, responsif, dan tangguh," kata Toto, dalam keterangan tertulisnya, Ahad (14/5/2023).

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama, mengpresiasi capaian yang diraih Kapanewon Prambanan. Angka tersebut menurutnya bahkan lebih rendah dari jumlah di Kabupaten Sleman yang berada di angka 6,88 persen. 

"Keberhasilan ini semoga bisa semakin menurun dan menjadi acuan bagi Kapanewon lain," ujarnya.

Cahya menambahkan, salah satu cara mudah untuk mengingat pencegahan stunting adalah dengan langkah 'ABCDE'. Langkah tersebut dapat dilakukan oleh remaja putri sebelum menikah hingga pasca melahirkan.

"Perlu diingat ABCDE. Aktif minum tablet tambah darah, Bumil harus teratur memeriksakan kegamilannya, Cukup mengonsumsi protein hewani untuk bayi, Datang ke posyandu setiap bulan dan Eksklusif ASI enam bulan," paparnya.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, mengucapkan terima kasih kepada kader kesehatan yang telah berupaya menurunkan angka stunting di Sleman. Ia menuturkan para kader memiliki peran penting dalam mensosialisasikan pencegahan stunting kepada masyarakat. Dengan komitmen bersama, Kustini yakin jumlah anak stunting di Sleman dapat semakin menurun.

"Kaderlah yang dapat menggerakkan masyarakat secara langsung. Melalui pendekatan dan sosialisasi, masyarakat dapat lebih cepat memahami cara penanggulangan stunting. Pencegahan dapat dimulai dengan sosialisasi kepada para remaja ataupun calon pengantin. Sehingga mereka dapat memahami bagaimana mempersiapkan gizi yang tepat untuk calon bayi," tutur Kustini.

Kustini juga mengingatkan terkait anjuran usia pernikahan yakni, minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Dengan kesiapan usia, kesehatan fisik maupun psikis,  menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir terjadinya stunting pada anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement