Jumat 09 Sep 2022 11:11 WIB

Inggris akan Batasi Harga Energi demi Redakan Krisis Ekonomi

Inggris sedang menghadapi musim dingin yang suram.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Liz Truss melambai di atas panggung setelah pemilihan kepemimpinan Konservatif di Wembley Arena di London, Rabu, 31 Agustus 2022.
Foto: AP/Kirsty Wigglesworth
Liz Truss melambai di atas panggung setelah pemilihan kepemimpinan Konservatif di Wembley Arena di London, Rabu, 31 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris, Liz Truss mengumumkan pada Kamis (8/9/2022) bahwa pemerintah akan membatasi harga energi domestik untuk rumah dan bisnis. Langkah itu guna meredakan krisis biaya hidup yang telah membuat penduduk di seluruh Inggris menghadapi musim dingin yang suram.

Langkah tersebut menjadi intervensi besar pemerintah Inggris dalam perekonomian oleh Truss yang beraliran konservatif pasar bebas.

Baca Juga

Dia mengatakan, dia lebih menyukai pemotongan pajak daripada pemberian. Namun, dia telah dipaksa untuk bertindak berdasarkan skala krisis karena perang Rusia di Ukraina telah membuat harga energi melonjak.

Truss juga mengatakan dia akan menyetujui lebih banyak pengeboran minyak Laut Utara dan mencabut larangan fracking untuk meningkatkan pasokan energi domestik.

Itu adalah pengumuman kebijakan besar dari seorang perdana menteri yang baru menjabat pada hari Selasa. Kebijakan itu pun dibayangi oleh kekhawatiran tentang Ratu Elizabeth II, yang meninggal Kamis sore pada usia 96 tahun setelah 70 tahun di atas takhta.

Dalam pernyataan energinya, Truss mengatakan, "kami mendukung negara ini melalui musim dingin ini dan berikutnya dan mengatasi akar penyebab harga tinggi sehingga kami tidak pernah berada di posisi yang sama lagi."

Truss mengatakan jaminan harga energi untuk dua tahun. Tagihan rumah tangga rata-rata untuk pemanas dan listrik dipastikan tidak akan lebih dari 2.500 pound (2.872 dolar AS) per tahun.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement