Senin 20 Jun 2022 14:41 WIB

Penyandang Tunanetra Bisa Nikmati Pertandingan Tenis Berkat Teknologi Ini

Dengan Action Audio baru, mereka bisa mengikuti pertandingan dengan lebih nyata,

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Teknologi audio baru membantu penyandang tunanetra menikmati pertandingan tenis.
Foto: AKQA
Teknologi audio baru membantu penyandang tunanetra menikmati pertandingan tenis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam waktu dekat, penggemar tenis yang tunanetra dapat menikmati Kejuaraan Tenis tidak seperti biasanya. Berkat teknologi Action Audio baru, mereka bisa mengikuti pertandingan dengan pengalaman lebih nyata.

Sistem baru ini akan memberikan aliran audio yang disempurnakan selama aksi dengan desain suara yang unik yang memberikan orang kemampuan untuk mengikuti bola saat meluncur melintasi lapangan. Nantinya, sistem akan memutar suara yang menunjukkan kecepatan bola, jenis tembakan, dan jarak untuk memberikan wawasan baru tentang gerakan pemain.

Baca Juga

Jika ingin mengakses streaming audio, seseorang hanya perlu masuk ke situs web Asosiasi Tennis Britania Raya (LTA) selama pertandingan Kejuaraan akhir pekan ini atau final pada 18 dan 19 Juli. “Siaran olahraga masih sangat bergantung pada visual dengan tantangan seputar deskripsi audio tradisional pada siaran langsung dan mengintegrasikan detail ke dalam komentar,” kata David Clarke dari Royal National Institute for the Blind (RNIB).

Menurut Clarke, kehadiran Action Audio dapat membantu orientasi dan mengidentifikasi keberadaan bola di lapangan. “Kami menantikan tanggapan penggemar tenis tentang pengalaman menonton mereka dalam mengikuti pertandingan olahraga secara nyata,” tambahnya.

Dilansir Daily Star, Senin (20/6/2022), seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi semakin pesat, khususnya bagi penyandang disabilitas. Pekan ini, tim peneliti meluncurkan chip Artificial Intelligence (AI) Neural Processing baru yang memungkinkan orang yang diamputasi untuk mengontrol prostetik menggunakan kekuatan otak mereka sendiri.

Prostetik saat ini mengharuskan orang untuk mempelajari teknik rumit untuk menggunakan otot lengan mereka. Namun, chip baru memberi pasien kendali penuh atas anggota badan robot menggunakan kekuatan pikiran saja. Artinya, ini mengakhiri operasi invasif dan memiliki aplikasi potensial untuk kontrol otak-komputer. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement