Mengekspresikan Kebahagiaan Idul Fitri

Rep: Andrian Saputra/ Red: Yudha Manggala P Putra

Senin 02 May 2022 10:29 WIB

Ilustrasi. Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbahagialah orang-orang yang mampu menyempurnakan puasa Ramadhan hingga sampai pada Idul Fitri. Pendakwah yang juga pimpinan Quantum Akhyar, Ustaz Adi Hidayat mengatakan bagi orang-orang yang telah menyempurnakan puasa Ramadhan layak mendapatkan dua kebahagiaan.

Kebahagiaan pertama yakni ketika telah menyelesaikan Ramadhan dan masuk dalam suasana Idul Fitri. Kebahagiaan kedua, yakni saat membawa pahala Ramadhan kembali kepada Allah SWT.

"Bahkan Allah menegaskan supaya kita mengekspresikan, menghadirkan rasa gembira ini dengan menggemakan banyak takbir sejak tuntas mengerjakan siyam Ramadhan," kata ustaz Adi saat mengisi khutbah Idul Fitri 1443 H di Masjid Al Ihsan PTM-VJS Perumahan Pondok Timur Mas, Jaka Setia, Bekasi Selaran, Kota Bekasi yang juga disiarkan melalui kanal resmi You Tube Adi Hidayat Official pada Senin (2/5).

Sebagaimana dalam potongan ayat 185 pada surat Al Baqarah:

…وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"....dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur,"

Ustaz Adi menjelaskan ekspresi takbir bukan hanya semata kalimat yang keluar dari lisan. Melainkan dari apa yang telah dicapai oleh seorang hamba selama Ramadhan. Alquran memberikan isyarat bahwa takbir yang dikumandangkan bukanlah takbir yang hampa makna, melainkan takbir yang digerakan oleh hati yang paling dalam, jiwa yang paling suci yang disebut dengan fitrah.

Lebih lanjut ustaz Adi menjelaskan bahwa inti fitrah letaknya ada di dalam jiwa yang disebut dalam Alquran dengan nafs. Dalam nafs itu Allah tanamkan potensi paripurna kebaikan yang disebut dengan takwa. Sebagaimana surat Asy Syams:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا# فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)(7) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8). (Alquran surat Asy Syams ayat 7-8).

Maka dari itu menurut ustaz Adi, takwa adalah esensi hidup. Manusia sejati disebut manusia bila mampu mengoptimalkan inti takwanya sehingga membimbing tubuhnya untuk bersikap.