Senin 18 Apr 2022 00:14 WIB

Pasukan Ukraina di Mariupol Tidak akan Menyerah Kepada Rusia

Rusia mengultimatum kepada tentara Ukraina untuk meletakkan senjata di Mariupol.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Mayat seorang warga sipil tergeletak di sebelah mobil yang rusak di dekat Pabrik Metalurgi Illich Iron & Steel Works, perusahaan metalurgi terbesar kedua di Ukraina, di daerah yang dikendalikan oleh pasukan separatis yang didukung Rusia di Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022.
Foto: AP Photo/Alexei Alexandrov
Mayat seorang warga sipil tergeletak di sebelah mobil yang rusak di dekat Pabrik Metalurgi Illich Iron & Steel Works, perusahaan metalurgi terbesar kedua di Ukraina, di daerah yang dikendalikan oleh pasukan separatis yang didukung Rusia di Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Perdana Menteri Denys Shmyhal pada Ahad (17/4/2022) mengatakan, pasukan Ukraina yang tersisa di Mariupol tidak akan menyerah kepada Rusia. Dia menambahkan bahwa, tentara Ukraina terus menguasai beberapa bagian kota.  

"Kota ini masih belum jatuh. Jadi tidak ada kendali penuh atas Mariupol oleh pasukan Rusia," kata Shmyhal.

Baca Juga

Shmyhal mengatakan, dia dan pejabat keuangan Ukraina akan mencari lebih banyak bantuan keuangan selama pertemuan dengan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia di Washington. Shmyhal menambahkan, Ukraina saat ini mengalami defisit anggaran sekitar 5 miliar dolar AS per bulan.

"Kami membutuhkan lebih banyak uang untuk melaksanakan kewajiban kemanusiaan dan sosial kami. Sekarang, hanya setengah dari ekonomi kami yang berfungsi. Jadi kami meminta dukungan keuangan," kata Shmyhal. 

Sebelumnya pada Ahad, Rusia memberikan ultimatum kepada tentara Ukraina untuk meletakkan senjata di Kota Mariupol. Beberapa jam setelah batas waktu yang ditetapkan yaitu pukul 03.00 waktu setempat, tidak ada tanda-tanda bahwa pejuang Ukraina yang bersembunyi di pabrik baja Azovstal, akan menyerah. 

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pasukannya telah membersihkan daerah perkotaan Mariupol. Pabrik baja, salah satu pabrik metalurgi terbesar di Eropa dengan labirin rel kereta api dan tanur sembur, telah menjadi tempat terakhir bagi para pasukan Ukraina yang kalah jumlah. 

"Angkatan Bersenjata Rusia menawarkan para militan dari batalyon nasionalis dan tentara bayaran asing mulai pukul 06:00 (waktu Moskow) pada 17 April 2022, untuk menghentikan permusuhan dan meletakkan senjata mereka. Semua yang meletakkan senjata, kehidupan mereka akan terjamin," kata pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

Sejauh ini, tidak ada tanggapan dari Kiev terhadap ultimatum tersebut. Militer Ukraina mengatakan, serangan udara Rusia di Mariupol berlanjut bersamaan dengan operasi penyerangan di dekat pelabuhan.  

Jika Rusia mengambil alih Mariupol, maka akan menjadi kota besar Ukraina pertama yang jatuh sejak invasi dan hadiah strategis untuk Moskow. Mariupol menghubungkan wilayah Donbas dengan wilayah Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014. Rusia mengatakan, operasi militer khusus di Ukraina bertujuan untuk demiliterisasi, dan membersihkan nasionalis berbahaya.

Tidak diketahui berapa banyak tentara Ukraina yang berada di pabrik baja.  Gambar satelit menunjukkan asap dan api muncul dari daerah Mariupol, yang dipenuhi dengan terowongan di bawahnya. Pasukan Ukraina yang berjuang di Mariupol terdiri dari marinir Ukraina, brigade bermotor, brigade Garda Nasional, dan Resimen Azov, yaitu sebuah milisi yang dibentuk oleh nasionalis sayap kanan dan kemudian dimasukkan ke dalam Garda Nasional. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement