Prof Thomas Jelaskan Awal Ramadhan Berpotensi Jatuh pada 3 April

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah

Selasa 15 Mar 2022 16:14 WIB

Peneliti Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Thomas Djamaluddin. Prof Thomas Jelaskan Awal Ramadhan Berpotensi Jatuh pada 3 April Foto: Republika/Putra M. Akbar Peneliti Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Thomas Djamaluddin. Prof Thomas Jelaskan Awal Ramadhan Berpotensi Jatuh pada 3 April

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Thomas Djamaluddin menyampaikan, awal Ramadhan 1443 Hijriyah kemungkinan besar ada perbedaan. Dengan kriteria wujudul hilal, Muhammadiyah sudah memutuskan 1 Ramadhan 1443 H jatuh pada 2 April 2022.

Namun, menurut Thomas, garis tanggal saat Maghrib 1 April 2022, yaitu tinggi 2 derajat sedikit di sebelah barat wilayah Indonesia. "Artinya, sangat tidak mungkin akan terlihat hilal pada 1 April di wilayah Indonesia, sehingga 1 Ramadhan 1443 H berpotensi 3 April 2022," ujar dia kepada Republika.co.id, Selasa (15/3/2022).

Baca Juga

Thomas melanjutkan, potensi perbedaan itu tampak jelas dengan merujuk garis tanggal awal Ramadhan 1443 H. Dalam pengamatannya, hilal juga terlalu rendah untuk diamati.

Karena umumnya di wilayah Indonesia, tinggi bulan kurang dari 2 derajat. Artinya, rukyatul hilal (pengamatan hilal) pada Maghrib 1 April berpotensi tidak terlihat.

"Kalau pun ada yang melaporkan menyaksikan, itu sangat meragukan sehingga berpotensi ditolak pada saat sidang itsbat. Sehingga berdasarkan rukyat, 1 Ramadhan 1443 H kemungkinan besar pada 3 April 2022," kata profesor riset Astronomi-Astrofisika Lapan-BRIN ini.

Ihwal kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yang digunakan Kementerian Agama (Kemenag) dalam menentukan awal bulan Hijriah, Thomas berpandangan ormas-ormas Islam secara bertahap akan menerimanya. Ini demi penyatuan kalender Islam dan kenyamanan umat Islam dalam beribadah di bulan suci Ramadhan dan merayakan hari raya Islam.

Thomas memaparkan, faktor mengapa perlu menggunakan kriteria Mabims, antara lain karena kriteria tersebut dibangun atas dasar data rukyat atau pengamatan secara global dan jangka panjang. "Paramater yang digunakan pun adalah yang biasa digunakan para ahli hisab Indonesia, yaitu ketinggian hilal dan elongasi (jarak sudut bulan-matahari)," jelas anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kemenag itu.

 

Terpopuler