Senin 28 Feb 2022 12:45 WIB

Didukung Bisnis Menara, Saham MTEL Dinilai Prospektif

Posisi MTEL sebagai perusahaan menara terbesar di Indonesia sangat menguntungkan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Gita Amanda
 Saham PT Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) siap melesat didukung pertumbuhan bisnis menara. (ilustrasi).
Foto: Telkom
Saham PT Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) siap melesat didukung pertumbuhan bisnis menara. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham PT Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) siap melesat didukung pertumbuhan bisnis menara. Kinerja keuangan yang sehat disebut juga berpotensi mendongkrak kinerja saham anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk ini.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Yosua Zisokhi mengatakan posisi MTEL sebagai perusahaan menara terbesar di Indonesia sangat menguntungkan. MTEL saat ini memiliki 28.079 menara dengan CAGR 5 tahun mencapai 26,5 persen dan tenancy ratio sebesar 1,50x.

Baca Juga

Perseroan berpotensi menambah sekitar 500-750 menara secara organik sepanjang tahun 2022. Perseroan juga menargetkan tambahan 6.000 menara dalam 1-2 tahun mendatang, yang akan mengokohkan posisi MTEL sebagai perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia.

"Dengan tambahan menara tersebut, diperkirakan MTEL akan mendapatkan setidaknya 3.500 kontrak tenant baru, di samping lonjakan kolokasi yang mungkin terjadi di luar Jawa, yang baru memiliki rasio kolokasi 1,4x. Total tenant MTEL berpotensi tumbuh hingga 8,9 persen yoy pada 2022 dan 7,6 persen yoy pada 2023," terang Yosua dikutip Senin (28/2/2022).

Selain itu, kinerja MTEL juga akan didukung oleh industri telekomunikasi yang terus bertumbuh. Agar tetap dapat kompetitif di era digital saat ini, operator telekomunikasi terus berlomba-lomba memperbesar kapasitas dan memperluas jaringannya. Hal ini terbukti dari laju penambahan BTS dari tiga operator terbesar Indonesia.

Selain itu, konsolidasi ISAT-Hutchison 3 Indonesia akan membuat persaingan operator menjadi makin terbuka. "Kondisi ini akan berdampak positif bagi MTEL, mengingat 57 persen dari menaranya berada di luar Jawa yang sangat penting untuk ekspansi jaringan operator," tambah Yosua.

Maraknya aksi M&A di sektor menara telekomunikasi membuat persaingan di sektor menara telekomunikasi hanya dikuasai oleh tiga perusahaan besar (MTEL, TOWR dan TBIG). Kondisi ini pun membuat penurunan harga sewa dapat dihindari.

Tidak hanya itu, kinerja saham MTEL juga didukung kondisi keuangan yang sehat. Agresivitas ekspansi bisnis MTEL didukung dengan kondisi keuangan yang sehat, terlihat dari posisi net cashnya pasca IPO yang mencapai Rp 2,5 triliun. Rasio DER diproyeksikan berada di level 0,5x pada tahun ini, sehingga MTEL mempunyai modal yang kuat untuk berekspansi secara anorganik.

Dengan asumsi EV per tower sebesar Rp 1,5-1,7 triliun per menara, maka dana yang diperlukan untuk akuisisi 6.000 menara akan mudah terpenuhi. Dari segi pendapatan, tambahan tenant baru berpotensi mendorong pendapatan MTEL tahun ini hingga 10,4 persen yoy dengan kenaikan EBITDA sebesar 15,5 persen yoy.

 

Yosua pun merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 965. Meski demikian, investor juga perlu mencermati beberapa risiko utama antara lain turunnya permintaan dan harga sewa menara, perubahan kebijakan pemerintah, serta adanya konsolidasi antar perusahaan operator telekomunikasi.

MTEL resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada November 2021. Pada penutupan perdagangan Jumat (25/2/2022), saham MTEL ditutup menguat sebesar 1,31 persen ke level 775. Posisi tersebut mengalami sedikit penurunan dari harga IPO di level 800.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement