Jumat 18 Feb 2022 10:12 WIB

Dinkes Kabupaten Lebak Prioritaskan Upaya Pencegahan Anak Stunting

Balita yang teridentifikasi tengkes pada 2021 tercatat 6.495 anak (6,38 persen).

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kader PKK mengukur tinggi badan anak sebagai bentuk pendeteksian dini agar tidak ada anak mengalami stunting.
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Kader PKK mengukur tinggi badan anak sebagai bentuk pendeteksian dini agar tidak ada anak mengalami stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak memprioritaskan upaya pencegahan tengkes untuk menyelamatkan anak bangsa dengan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan anak. "Kami harus melakukan pencegahan stunting agar generasi bangsa ke depan berkualitas," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes, Kabupaten Lebak dr Nurul Isneini di Kabupaten Lebak, Provinsi Lebak, Jumat (18/2/2022).

Tengkes dapat memperlambat perkembangan otak sehingga dapat membuat keterbelakangan mental hingga berkurang dalam menerima pelajaran. Dampak lainnya pada anak, di antaranya lebih mudah sakit, kemampuan berpikir berkurang, perkembangan tubuh kurang maksimal saat dewasa juga fungsi tubuh tidak seimbang.

Baca Juga

Selain itu, juga jika memasuki usia tua cukup berisiko terserang penyakit diabetes, hipertensi, hingga obesitas. Karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak mengutamakan pencegahan tengkes dengan memperhatikan kesehatan ibu hamil dan asupan nutrisi juga melakukan penanganan pada 1.000 hari pertama kelahiran mulai dari kehamilan 275 hari sampai 730 hari kelahiran.

Selanjutnya, kata Nurul, balita di atas dua tahun diwajibkan mendapat pelayanan posyandu agar terpantau tumbuh kembangkan kondisi balita. Mereka dipantau sesuai dengan usia, termasuk berat badan dan tinggi badan.

Namun, kata dia, lebih utama memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada anak juga memberikan makanan pendamping ASI dengan asupan bahan makanan yang bergizi bersumber protein, termasuk susu. Pemkab Lebak juga melakukan intervensi kepada ibu hamil dan anak balita yang mengalami kurang gizi dengan memberikan makanan biskuit, susu, vitamin A, termasuk memberikan tablet tambah darah (TTD) kepada remaja putri.

"Kami tidak henti-hentinya mensosialisasikan dan mengedukasi pencegahan kepada petugas puskesmas hingga posyandu," kata Nurul. Dia melanjutkan, balita yang teridentifikasi tengkes pada 2021 tercatat 6.495 anak (6,38 persen) dari 101.073 anak di Kabupaten Lebak.

Selama ini, penanganan kasus kekerdilan melibatkan instansi terkait agar anak terpenuhi asupan gizi yang baik. Begitu juga calon ibu hamil dapat terpenuhi gizi, sanitasi dan lingkungan yang baik, ketersediaan air bersih, memahami pendidikan pola asuh, mampu membeli makanan dan mampu mengelola makanan.N

amun, tahun ini penanganan kekerdilan itu dilaksanakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) di bawah koordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak. "Kami mengapresiasi kasus kekerdilan tahun ini menurun dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 9.583 balita atau 9,26 persen," ujar Nurul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement