Jumat 21 Jan 2022 17:50 WIB

BPBD Awasi Daerah Sekitar Sungai di Solo

Beberapa titik pinggir sungai di Solo yang menjadi bagian dari pengawasan BPBD.

Warga berjalan di area taman kawasan proyek Pintu Air Demangan Baru, Kampung Sewu, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Ahad (16/1/2022). Proyek pintu air yang dikerjakan Kementerian PUPR bersama Pemerintah Kota Solo dengan anggaran Rp70 miliar itu nantinya selain berfungsi sebagai pengendali banjir Kali Pepe dan Sungai Bengawan Solo juga dimanfaatkan untuk tujuan wisata.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Warga berjalan di area taman kawasan proyek Pintu Air Demangan Baru, Kampung Sewu, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Ahad (16/1/2022). Proyek pintu air yang dikerjakan Kementerian PUPR bersama Pemerintah Kota Solo dengan anggaran Rp70 miliar itu nantinya selain berfungsi sebagai pengendali banjir Kali Pepe dan Sungai Bengawan Solo juga dimanfaatkan untuk tujuan wisata.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta terus meningkatkan pengawasan di daerah-daerah aliran sungai menyusul meningkatnya curah hujan yang terjadi di Solo beberapa waktu terakhir.

"Memang akhir-akhir ini curah hujan kembali tinggi, titik-titik rawan di tengah cuaca ekstrem ini masih menjadi pengawasan kami," kata Kepala BPBD Kota Surakarta Nico Agus Putranto di Solo, Jumat (21/2/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan beberapa titik pinggir sungai yang menjadi bagian dari pengawasan BPBD di antaranya di bantaran Sungai Jenes, Kalipepe, Todipan, dan Bengawan Solo. Meski demikian, dikatakannya, sejauh ini air dari sungai tidak memasuki rumah warga.

Disinggung mengenai kesiapan lokasi pengungsian untuk mengantisipasi terjadinya kenaikan permukaan air sungai hingga masuk ke kawasan perumahan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan setempat.

"Untuk titik-titik pengungsian kami tidak membuat secara khusus, namun kami sudah berkoordinasi dengan jajaran wilayah kelurahan. Kalau dimungkinkan terjadi bencana banjir maka sudah disiapkan di balai kelurahan dan kecamatan," katanya.

Menurut dia, volume air sungai yang melintasi tengah Kota Solo tersebut tergantung dari curah hujan yang terjadi di daerah aglomerasi. "Seperti misalnya kalau Kali Jenes kiriman dari Sukoharjo, kalau Banyuanyar dari Boyolali. Namun selama tidak ada curah hujan tinggi di daerah aglomerasi tersebut maka Solo masih aman dan terkendali," katanya.

Sementara itu, selain banjir maupun genangan air, dikatakannya, potensi bencana lain yang bisa terjadi di Kota Solo yakni tanah longsor. Ia mengatakan hingga saat ini masih ada kawasan rawan longsor yang Kelurahan Mojosongo.

"Potensi longsor di Mojosongo. Kalau rawan longsor terkait dengan rumah warga yang dekat dengan bantaran sungai. Apalagi di sana juga kawasan berbukit," katanya.

Terkait hal itu, pihaknya terus intens melakukan koordinasi dengan relawan dan instansi terkait. Dalam hal ini, pihaknya juga menyiapkan sarana prasarana dan posko tanggap bencana yang hingga saat ini masih berjalan.

"Setiap laporan yang masuk langsung kami tindak lanjuti. Kami juga melakukan asesmen di TKP," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement