Jumat 24 Dec 2021 05:36 WIB

Rusia dan Ukraina Kembali Setujui Gencatan Senjata

Sebelumnya, Ukraina menuduh Rusia mengirim 100.000 tentara ke perbatasan.

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Tentara Ukraina berjalan di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia di dekat Katerinivka, wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa, 7 Desember 2021.
Foto: AP/Andriy Dubchak
Tentara Ukraina berjalan di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia di dekat Katerinivka, wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa, 7 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Rusia dan Ukraina telah menyetujui gencatan senjata, memulihkan persyaratan yang sebelumnya pernah diberlakukan pada 2020. Perjanjian ditengahi oleh Organisasi untuk kseamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE). 

Politisi senior Ukraina, Andriy Kostin meuji kesepakatan itu dan menggambarkannya sebagai langkah signifikan menuju de-eskalasi di wilayah timur negara itu. Meski demikian, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pihaknya masih melakukan latihan militer di daerah tersebut pada Kamis (23/12) dan Jumat (24/12). 

Baca Juga

"Ada kemungkinan nyata untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama untuk memastikan gencatan senjata di jalur kontak," ujar Kostin, yang terlibat dalam pembicaraan itu, dilansir CGTN, Kamis (23/12). 

Ketua OSCE, Mikko Kinnunen merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa gembira dengan para pihak yang menyatakan tekad kuat mereka untuk sepenuhnya mematuhi langkah-langkah untuk memperkuat perjanjian gencatan senjata 22 Juli 2020. 

Sebelumnya, Ukraina menuduh Rusia mengirim 100.000 tentara ke perbatasan dalam apa yang diperingatkan bisa menjadi awal dari apa yang disebut sebagai invasi musim dingin. Para pejabat Moskow dengan keras membantah hal ini, meski masih melanjutkan latihan militer di wilayah tersebut.

Sebelumnya, Rusia menuntut jaminan hukum agar NATO menghentikan aktivitas militer apapun di wilayah Eropa Timur dan Ukraina. Untuk pertama kalinya, tuntutan ini diajukan secara rinci, yang disebut oleh Moskow penting untuk meredakan ketegangan serta krisis yang terjadi. 

Sebelumnya, negara-negara Barat menuduh Rusia mengantisipasi kemungkinan invasi setelah membangun pasukan di dekat perbatasan. Meski demikian, Moskow telah membantah merencanakan invasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement