Rabu 08 Dec 2021 18:35 WIB

Banjir Kota Makassar Rendam 1.603 Rumah Warga

Sebanyak 6.412 jiwa terdampak banjir di sekitar DAS Jeneberang dan Tallo ini.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus raharjo
Foto aerial rumah yang terendam banjir di Kecamatan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (11/3/2021). Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari membuat kanal, sungai dan waduk di kota Makassar meluap sehingga mengakibatkan ratusan rumah dan jalan terendam banjir.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Foto aerial rumah yang terendam banjir di Kecamatan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (11/3/2021). Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari membuat kanal, sungai dan waduk di kota Makassar meluap sehingga mengakibatkan ratusan rumah dan jalan terendam banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Banjir kembali melanda wilayah Sulawesi Selatan di Kota Makassar. Sebanyak 1.603 rumah warga terendam atas kejadian ini. Banjir terjadi setelah hujan deras turun di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang dan Tallo pada Selasa (7/12) pukul 13.00 WITA.

BPBD Kota Makassar mencatat 6.412 jiwa terdampak kejadian ini. Adapun para warga terdampak tinggala di Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Panakukang, Kecamatan Manggala, Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini.

Baca Juga

Sementara itu, dilaporkan wilayah tersebut masih tergenang banjir dengan ketinggian muka air berkisar antara 30-100 sentimeter. Pembentukan posko kesehatan dan dapur umum juga telah digagas Dinsos, Dinkes dan PMI untuk mempercepat proses penanganan darurat.

Merujuk peringatan dini yang dikeluarkan BMKG hingga Kamis (9/12) wilayah Sulawesi Selatan berpotensi banjir dan waspada hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang.

"Oleh karena itu, BNPB menghimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bahaya hidrometeorologi," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangannya, Rabu (8/12).

Hasil pengkajian secara mendalam mengenai penyebab terjadinya risiko banjir, dapat dirumuskan dengan baik, sehingga dapat dibentuk upaya mitigasi jangka pendek dan jangka panjang. Salah satunya melalui kegiatan penanaman pohon. Upaya ini diharapkan dapat mengembalikan daya tangkap hujan yang optimal dan memperluas daerah resapan air dimasa yang akan datang.

Sebelumnya, banjir juga terjadi di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan yang mengakibatkan satu warga meninggal dunia dan satu warga dinyatakan hilang. Banjir terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi serta meluapnya Sungai Cabue, Sungai Belo, dan Sungai Leworeng pada Senin (6/12) Pukul 10.30 WITA.

Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Soppeng mencatat sebanyak 5.786 KK terdampak, diantaranya 2 untuk rumah warga mengalami rusak berat dan 1 unit rumah rusak ringan. Banjir ini menggenangi beberapa wilayah antara lain, Kecamatan Lalabata, Kecamatan Ganra, Kecamatan Donri-Donri, Kecamatan Lilirilau, Kecamatan Citta, Kecamatan Marioriawa, dan Kecamatan liliriaja.

Hasil pemantauan tim BPBD Kabupaten Soppeng, kondisi terkini banjir berangsur surut namun di Kecamatan Lilirilai dan Kecamatan Marioriawa masih terendam banjir dengan ketinggian 100 sentimeter. Kondisi ini membuat lokasi tersebut hanya bisa dilalui kendaraan roda empat.

BPBD Kabupaten Soppeng bersama tim gabungan bersama berkoordinasi dengan unit terkait untuk segera terjun kelapangan guna melakukan pendataan dan melakukan evakuasi warga terdampak. Untuk hasil kaji cepat dilapangan akan terus dilaporkan guna mendapatkan informasi terkini. Sementara itu, penanganan darurat juga segera dilakukan dengan mendirikan posko kesehatan dan dapur umum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement