Selasa 02 Nov 2021 02:53 WIB

Harga Minyak Naik, Laba Aramco Melonjak

Laba 30 miliar dolar AS itu merupakan yang terbesar sejak Aramco tercatat di bursa.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Fuji Pratiwi
Truk berjejer di fasilitas Saudi Aramco. Naiknya harga minyak berharap mengerek pendapatan Saudi Aramco.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Truk berjejer di fasilitas Saudi Aramco. Naiknya harga minyak berharap mengerek pendapatan Saudi Aramco.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendapatan Saudi Aramco mencatat peningkatan 158 persen tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga 2021, lantaran harga minyak yang lebih tinggi dan volume terjual lebih banyak. Hal itu terjadi seiring dengan pulihnya ekonomi global.

Lonjakan keuntungan Aramco terjadi, ketika para pemimpin dunia bersiap untuk bertemu dalam KTT iklim COP26 PBB yang dimulai di Glasgow, Skotlandia, pada Ahad (31/10). Dimana terdapat pertemuan penting terkait isu melawan pemanasan global.

Baca Juga

Laba bersih Aramco mencapai 30,4 miliar dolar AS pada kuartal ketiga, naik dari 11,8 miliar dolar AS pada Q3 tahun lalu, dengan arus kas lebih dari dua kali lipat menjadi 28,7 miliar dolar AS. Pemegang saham akan menerima 18,8 miliar dolar AS dalam bentuk dividen.

Laba tersebut merupakan yang terbesar sejak Aramco tercatat di bursa saham Saudi pada Desember 2019, sebelum mengalami penurunan 44,4 persen pada 2020.

"Peningkatan laba bersih terutama merupakan hasil dari harga minyak mentah yang lebih tinggi dan volume yang dijual," kata raksasa minyak Saudi itu dalam pernyataannya, dilasir Japantoday, Senin (1/11).

Aramco juga menyatakan, margin penyulingan dan bahan kimia yang lebih kuat pada kuartal tiga didukung oleh permintaan energi global yang pulih kembali dan peningkatan aktivitas ekonomi di pasar-pasar utama.

Kenaikan terbaru terjadi setelah keuntungan hampir empat kali lipat di kuartal karena ekonomi dunia bangkit kembali dari krisis Covid-19. Kondisi itu mengangkat permintaan dan mendorong harga minyak kembali di atas 80 dolar AS per barel.

"Beberapa tantangan ekonomi global masih ada, sebagian karena hambatan rantai pasokan, tetapi kami optimis bahwa permintaan energi akan tetap sehat di masa mendatang," kata CEO Aramco, Amin Nasser.

Nasser mengklaim, Aramco akan membangun rekam jejaknya dalam kinerja berbiaya rendah dan intensitas rendah karbon. Setelah mengumumkan pekan lalu bahwa mereka bermaksud untuk mencapai emisi nol karbon dalam operasinya pada 2050.

Perjanjian netralitas karbon oleh Aramco, produsen minyak terbesar di dunia, ditanggapi dengan skeptis oleh para pemerhati lingkungan karena tidak menyertakan emisi dari produk perusahaan.

Awal bulan ini Aramco mengumumkan mereka berencana untuk meningkatkan produksi minyak ke kapasitas berkelanjutan maksimum 13 juta barel per hari pada 2027.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement