Rabu 20 Oct 2021 14:36 WIB

Pencurian Data di Dark Web 11 Kali Lebih Cepat dari 2015

Aktivitas di dark web kini lebih jauh sibuk dibandingkan 2015.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Peretas (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Peretas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan keamanan cloud, Bitglass mengumpulkan tren terkini di dark web. Perusahaan itu membuat eksperimen pelacakan data dari 2015 dengan menciptakan identitas fiktif yang menjual data login dan kata sandi.

Para peneliti kemudian memposting informasi di beberapa pasar web gelap, menarik pengguna dengan menawarkan akses ke file palsu yang memungkinkan akses ke organisasi di sektor ritel, pemerintah, gim dan media.

Baca Juga

Teknologi watermarking yang dimasukkan ke dalam file memungkinkan Bitglass untuk melacak data dari pengguna yang mengaksesnya.

Temuan itu menarik. Secara keseluruhan, data yang dicuri menyebar 11 kali lebih cepat di dark web saat ini dibandingkan enam tahun lalu.

Data pelanggaran menerima lebih dari 13.200 tampilan pada 2021, peningkatan dramatis dari 1.100 tampilan pada 2015. Lonjakan tersebut mewakili pertumbuhan 1.100 persen, dengan jelas menunjukkan bagaimana platform underground telah menjadi tujuan yang lebih populer bagi penjahat dunia maya.

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 1.100 tampilan tautan pada 2015 adalah 12 hari. Pada 2021, target jauh lebih cepat dalam mengakses data palsu karena mereka membutuhkan waktu kurang dari 24 jam untuk melihat tautan.

Lokasi dari mana unduhan data yang dicuri terjadi mengungkapkan Amerika Serikat (AS) sebagai wilayah paling sering kedua dari mana penjahat dunia maya berasal. Tiga teratas termasuk Kenya, Amerika dan Rumania.

Katagori dengan klik terbesar

Penelitian ini juga menemukan target menunjukkan minat besar pada data jaringan ritel dan pemerintah AS. Kedua kategori ini menerima klik terbanyak-masing-masing 37 persen dan 32 persen. Itu bukan pemberitahuan yang mengejutkan karena potensi tebusan dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar untuk bidang tersebut.

Jaringan ritel secara alami menjadi prioritas utama bagi penyerang karena mereka dapat mendistribusikan ransomware dan mengekstrak pembayaran dari bisnis besar. Demikian juga, data pemerintah AS sama berharganya karena peretas-yang disponsori negara atau individu-kemudian dapat menjual informasi ini ke negara lain.

Selain itu, aktivitas di dalam dark web menjadi lebih sibuk. Menurut penelitian tersebut, jumlah total penonton anonim di Dark Web pada 2021 mencapai 93 persen, naik signifikan dari 2015 yang mencapai 67 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement