Selasa 12 Oct 2021 22:11 WIB

Celios Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 3,5 Persen

Mobilitas masyarakat yang membaik menopang belanja masyarakat.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira (tengah) memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 3,5 sampai 4,5 persen (year on year/yoy) pada kuartal III 2021.
Foto: Republika/Prayogi
Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira (tengah) memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 3,5 sampai 4,5 persen (year on year/yoy) pada kuartal III 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 3,5 sampai 4,5 persen (year on year/yoy) pada kuartal III 2021.

"Pertumbuhan ekonomi relatif positif dipengaruhi oleh low base effect dan pengendalian Covid-19 yang semakin baik. Low base effect terjadi ketika ekonomi mengalami pemulihan dari basis perbandingan tahun sebelumnya (kuartal III 2020) yang sangat rendah atau minus 3,49 persen," kata Bhima di Jakarta, Selasa (12/10).

Baca Juga

Ia menerangkan, mobilitas masyarakat yang membaik mulai akhir kuartal III 2021 atau September 2021 turut menopang belanja masyarakat. Karena itu, konsumsi rumah tangga pun mulai pulih disusul oleh produksi industri manufaktur yang tercatat memasuki fase ekspansi.

"PMI Manufaktur per September 2021 mencapai 52,2 atau berada di atas level 50. Produsen mulai berekspektasi pemulihan permintaan domestik cukup solid hingga akhir tahun," kata Bhima.

Apalagi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, Bhima memprediksi masyarakat akan semakin banyak melakukan belanja dan wisata ke depan sehingga konsumsi masyarakat diperkirakan akan terus membaik.

Sementara itu, secara global, booming komoditas yang masih berlangsung pada kuartal III 2021 cukup membantu pemulihan sektor perkebunan maupun pertambangan. "Kinerja ekspor masih bisa bertahan positif dengan surplus perdagangan yang menakjubkan yakni 4,7 miliar dolar AS per Agustus 2021 lalu. Tren pembukaan kembali aktivitas ekonomi pasca Covid-19 membuat komoditas Indonesia diperebutkan oleh banyak negara," ucapnya.

Hanya saja, ke depan, Bhima menyarankan pemerintah memacu ekspor ke negara pangsa ekspor nontradisional, sebagai langkah antisipasi krisis energi di China, India, dan Eropa yang bisa menurunkan permintaan terhadap produk Indonesia. Pemerintah juga disarankan untuk memperbaiki struktur ekspor dengan mendorong ekspor barang jadi yang memiliki nilai tambah seperti hasil olahan makanan minuman, produk teknologi, hingga produk yang termasuk dalam rantai pasok kendaraan listrik.

Pemerintah juga diharapkan memperhatikan penyaluran anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang masih dibutuhkan masyarakat meski ekonomi mulai positif. "Ada gejala unequal recovery yaitu pemulihan pascapandemi Covid-19 tidak merata di semua kelompok masyarakat," kata dia.

Ia melanjutkan, dari survey Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terlihat pemulihan minat belanja kelompok pengeluaran Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per bulan cenderung lebih lambat dibanding kelas menengah dan atas. Sementara yang paling bawah dari sisi pendapatan masih menunggu panggilan kerja. Pun misalnya bagi pengusaha di sektor pariwisata pemulihan bisnisnya tentu lebih lama dari sektor lain.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement