Selasa 28 Sep 2021 16:09 WIB

Erick Minta Waspadai Gelombang Kedua Disrupsi Digital

Erick menyebut gelombang kedua disrupsi digital memiliki potensi 90 miliar dolar AS.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri BUMN Erick Thohir memberikan paparannya secara daring saat menjadi pembicara pada acara Talkshow Bangkit Bareng yang diadakan dalam rangka HUT ke 26 Republika.co.id di Jakarta, Selasa (28/9/2021).
Foto: Republika/Edwin Putranto
Menteri BUMN Erick Thohir memberikan paparannya secara daring saat menjadi pembicara pada acara Talkshow Bangkit Bareng yang diadakan dalam rangka HUT ke 26 Republika.co.id di Jakarta, Selasa (28/9/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Indonesia harus mewaspadai gelombang kedua disrupsi digital. Berbeda dengan gelombang pertama disrupsi digital yang hanya terjadi pada sektor retail, makanan dam minuman, serta transportasi, Erick menyebut sektor industri dalam gelombang kedua disrupsi digital jauh lebih banyak, seperti keuangan, kesehatan, asuransi, pendidikan, hingga media, yang beberapa di antaranya sudah mulai terjadi.

"Kita harus siap menghadapi transisi ini dan waktunya tidak lama. Ini sangat mengkhawatirkan kalau kita tidak antisipasi disrupsi digital gelombang kedua," ujar Erick saat talkshow inspiratif bertajuk bangkit bareng yang diselenggarakan Republika di Jakarta, Selasa (28/9).

Baca Juga

Erick menyebut gelombang kedua disrupsi digital dalam tiga tahun memiliki potensi nilai sebesar 90 miliar dolar AS. Erick mengatakan ekonomi digital Indonesia pada 2025 diproyeksikan mencapai 124 miliar dolar AS dan berkontribusi 10 persen terhadap PDB Indonesia pada 2025.

Kata Erick, BUMN mendorong dan siap memfasilitasi pengembangan industri digital secara komprehensif melalui infrastruktur dan pendanaan."Sejak awal Telkom harus berubah, tidak hanya mengandalkan pendapatan yang sudah sunset, kita harus memastikan data center jangan dimiliki asing semua. Toh Telkom punya data center di Singapura, kenapa tidak kita buka besar-besaran di Indonesia," ucap Erick. 

Selain itu, ungkap Erick, BUMN melalui BRI Ventures hingga Mandiri Capital juga siap memberikan pendanaan bagi start up atau perusahaan rintisan Indonesia.

Erick berharap dukungan BUMN dapat mendorong semakin banyak unicorn atau perusahaan rintisan dengan valuasi 1 miliar dolar AS asal Indonesia. Erick menargetkan jumlah unicorn Indonesia yang saat ini sebanyak delapan unicorn dapat meningkat menjadi 25 unicorn dalam beberapa tahun ke depan. 

"Kita mau startup yang benar-benar orang Indonesia, perusahaan di Indonesia, dan akan go publik di Indonesia. Ada keberpihakan sehingga ekostsiem kami bisa mendukung," ungkap Erick. 

Erick mengatakan Presiden Jokowi akan meluncurkan program terkait perusahaan rintisan pada pekan kedua Desember mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement