Jumat 10 Sep 2021 18:43 WIB

Inggris Gagalkan 31 Plot Teror dalam Empat Tahun Terakhir

DIrektur MI5 sebut kemenangan Taliban bisa menginspirasi gerakan garis keras lainnya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Inggris (MoD), menunjukkan dua anggota Polisi Militer yang berada di antara Angkatan Bersenjata Inggris yang bekerja untuk mengevakuasi personel yang berhak dari bandara Kabul Afghanistan, Senin 23 Agustus 2021.
Foto: AP/LPhot Ben Shread/Ministry of Defence
Dalam foto yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertahanan Inggris (MoD), menunjukkan dua anggota Polisi Militer yang berada di antara Angkatan Bersenjata Inggris yang bekerja untuk mengevakuasi personel yang berhak dari bandara Kabul Afghanistan, Senin 23 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Polisi dan dinas intelijen Inggris telah menggagalkan 31 rencana teror untuk menyerang Inggris dalam empat tahun terakhir. Direktur Jenderal badan intelijen domestik MI5, Ken McCallum pada Jumat (10/9) mengatakan, mayoritas plot berasal dari kelompok ekstremis Islam dan ekstemis sayap kanan.

Namun menurut McCallum, plot serangan yang diorganisir oleh kelompok sayap kanan semakin meningkat. Pernyataan McCallum menekankan skala masalah yang masih dihadapi oleh dinas keamanan, ketika mereka berusaha melindungi publik Inggris dua dekade setelah serangan 11 September 2001 di New York dan Washington.

Baca Juga

“Kami menghadapi perjuangan global yang konsisten untuk mengalahkan ekstremisme dan menjaga dari terorisme,” kata McCallum, dilansir Bloomberg.

McCallum mengatakan, sejak pandemi dimulai, ada enam rencana tahap akhir yang telah digagalkan oleh MI5. Menurutnya jumlah plot serangan saat ini lebih tinggi ketimbang setelah serangan 9/11. Namun rata-rata plot serangan cenderung memiliki skala lebih kecil.

“Jumlah plot yang kami gagalkan saat ini sebenarnya lebih tinggi daripada jumlah plot yang muncul setelah 9/11, tetapi rata-rata, mereka adalah plot yang lebih kecil dengan tingkat kecanggihan yang lebih rendah," kata McCallum.

McCallum mengatakan, kelompok Taliban yang kembali menguasai Afghanistan dapat membuat kelompok ekstremis semakin percaya diri untuk menyusun serangan. Kembalinya Taliban juga dapat menjadi dorongan bagi kelompok ekstremis untuk meningkatkan eksistensinya.

"Kekhawatiran besar yang mengalir dari Afghanistan di samping efek inspirasional langsung adalah risiko bahwa, teroris menyusun kembali plot yang lebih canggih dari yang telah kita hadapi pada 9/11 dan tahun-tahun sesudahnya," ujar McCallum.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement