Jumat 30 Jul 2021 00:20 WIB

Dubai Pakai Drone Laser untuk Turunkan Hujan

Dubai menemukan cara baru menurunkan hujan dengan drone penembak laser.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Nora Azizah
Dubai menemukan cara baru menurunkan hujan dengan drone penembak laser.
Foto: DEFENCE IMAGES
Dubai menemukan cara baru menurunkan hujan dengan drone penembak laser.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Meteorologi Nasional Dubai telah menemukan cara baru untuk menurunkan hujan. Mereka akan menggunakan pesawat tanpa awak atau drone yang memiliki penembak sinar laser untuk menghasilkan curah hujan.

Cara kerjanya, drone akan menembakkan laser ke awan dan mengisinya dengan muatan listrik. Muatan tersebut akan mendorong presipitasi dengan memunculkan tetesan air untuk menciptakan tetesan hujan yang lebih besar.

Baca Juga

Pada Maret lalu, BBC melaporkan, dikutip Kamis (29/7), bahwa Uni Emirat Arab (UEA) ingin menguji teknologi drone. Teknologi tersebut dikembangkannya dan bekerja sama dengan University of Reading di Inggris.

Hujan buatan ini akan sangat penting, karena Dubai hanya mendapat rata-rata empat curah hujan setiap tahunnya. Hal itu membuat pertanian di daerah tersebut menjadi sulit dan memaksa negara mengimpor lebih dari 80 persen untuk makanan.

Hal tersebut juga akan sangat membantu, karena negara tersebut memiliki suhu yang sangat tinggi.  Pada 6 Juni misalnya, Dubai mencatat setinggi 125 derajat Fahrenheit.

Tekonologi tersebut tak sepenuhnya berbeda dengan teknik penyemaian awan yang digunakan Amerika Serikat pada 1923. Saat itu, teknik tersebut digunakan untuk menghindari kekeringan yang terjadi.

Penyemaian awan sendiri memerlukan iodida perak yang dihancurkan. Adapun bahan kimia yang digunakan dalam fotografi untuk membantu menciptakan gugusan air di udara.

Menurut sebuah laporan oleh Forbes, UEA telah berinvestasi dalam sembilan proyek peningkatan hujan selama beberapa tahun terakhir. Dengan total biaya sekira 15 juta dollar AS.

Namun, teknologi drone tersebut dikritik karena dikhawatirkan dapat menyebabkan banjir besar secara tidak sengaja. Selain itu, ada kekhawatiran teknologi tersebut akan diprivatisasi oleh pihak tertentu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement