Kamis 15 Jul 2021 06:05 WIB

Prancis akan Evakuasi Warganya dari Afghanistan

Prancis akan menyiapkan penerbangan khusus dan gratis dari Kabul untuk warganya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Taliban berupaya menguasai Afghanistan.
Foto: BBC/Reuters
Taliban berupaya menguasai Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Prancis akan mengevakuasi warganya yang masih berada di Afghanistan. Hal itu merespons memburuknya situasi keamanan menyusul serangkaian serangan Taliban di sejumlah wilayah di negara tersebut.

Pemerintah Prancis akan menyiapkan penerbangan khusus dan gratis dari Kabul pada Sabtu (17/7) mendatang. “Kami secara resmi merekomendasikan semua warga Prancis mengambil penerbangan khusus ini. Jika Anda berencana tinggal di Afghanistan setelah 17 Juli, kami tidak akan lagi dapat memberikan keamanan untuk keberangkatan Anda,” kata Utusan Prancis untuk Afghanistan David Martinon pada Selasa (13/7), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

 

Martinon mengungkapkan, negaranya juga menawarkan suaka kepada keluarga pegawai kedutaan besar Prancis di Afghanistan. Suaka pun ditawarkan bagi pegawai atau staf the French Institute and the Archaeological Delegation dan AFRANE, organisasi nirlaba persahabatan Prancis-Afghanistan yang telah memfasilitasi proyek kerja sama. Sebelumnya Prancis merehabilitasi penerjemah untuk militer Prancis di Afghanistan di bawah program suaka khusus.

 

"Pihak berwenang Prancis, tanpa bayang-bayang keraguan, telah memutuskan untuk menyelamatkan rekan-rekan Afghanistan kami pada saat keamanan mereka tidak lagi dijamin," kata Martinon.

Ribuan warga Afghanistan yang membantu dan bekerja untuk misi asing serta NATO sebagai penerjemah, juru Bahasa, dan profil pekerjaan sipil lainnya menghadapi risiko ditinggalkan. Hal itu karena pasukan internasional, termasuk Amerika Serikat (AS), menutup operasinya di negara tersebut dengan batas waktu penarikan pasukan hingga 11 September.

 

Taliban telah meyakinkan keselamatan bagi warga Afghanistan yang bekerja untuk misi asing dan NATO. Taliban menyerukan mereka agar tak melarikan diri. Namun, ada kekhawatiran bahwa mereka bakal dicap sebagai pengkhianat.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement