Kamis 01 Jul 2021 15:35 WIB

Pengungsi Suriah Desak Pintu Perbatasan Dibuka untuk Bantuan

Warga sipil di Idlib yang melarikan diri dari serangan rezim Suriah berisiko menghadapi kelaparan setelah Rusia memblokir bantuan melalui Bab al-Hawa di Suriah - Anadolu Agency

Warga sipil di Idlib yang melarikan diri dari serangan rezim Suriah berisiko menghadapi kelaparan setelah Rusia memblokir bantuan melalui Bab al-Hawa di Suriah - Anadolu Agency
Warga sipil di Idlib yang melarikan diri dari serangan rezim Suriah berisiko menghadapi kelaparan setelah Rusia memblokir bantuan melalui Bab al-Hawa di Suriah - Anadolu Agency

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB - Warga sipil yang berlindung di kamp-kamp di sepanjang perbatasan barat laut Suriah dekat dengan Turki menyerukan agar pintu perbatasan Bab al-Hawa tetap dibuka untuk pengiriman bantuan, sehingga para pengungsi dapat bertahan hidup.

Kesengsaraan jutaan warga sipil, yang melarikan diri dari serangan rezim Bashar Assad dan para pendukungnya, meningkat setelah Rusia bersikeras mengizinkan pengiriman bantuan hanya melalui penyeberangan Bab al-Hawa ke negara itu.

Baca Juga

Al-Ahmad Gaymis, seorang warga sipil Suriah yang bermigrasi dari distrik Maarat al-Numan dan berlindung di kamp pengungsi al-Rahma di Idlib, khawatir jika gerbang penyeberangan perbatasan Bab al-Hawa ditutup, maka kedua anaknya yang sakit tidak akan dapat menemukan obat.

"Kami telah menggunakan obat-obatan selama satu setengah tahun. Kami akan terus menggunakannya selama dua tahun lagi. Mereka harus menggunakannya setiap hari. Jika tidak, penyakit mereka akan bertambah parah," kata Gaymis kepada Anadolu Agency.

"Jika pintu perbatasan Bab al-Hawa ditutup, obat-obatan anak-anak saya tidak akan tersedia. Apa kejahatan yang dilakukan anak-anak tak berdosa ini yang tidak diberi obat?", seru dia.

Sementara itu, Anas Gabi, yang harus bermigrasi dari desa Maar Shurin di selatan kota Idlib satu setengah tahun yang lalu dan berlindung di kamp, ​​mengatakan satu-satunya cara mereka untuk tetap hidup adalah dengan terus membuka pintu perbatasan Bab al-Hawa.

"Rusia, yang telah menghancurkan rumah kami dan mengebom kota-kota kami, sekarang berusaha untuk menutup perbatasan," ujar dia.

"Semua bantuan dan obat-obatan masuk melalui gerbang ini. Menutup gerbang ini berarti kematian bagi jutaan pengungsi yang tinggal di sini," tekan Gabi.

Muhammed Fahid, pengungsi Suriah lainnya di kamp Al-Andalus, mengatakan, "Saya menyerukan kepada semua pihak berwenang; jika mereka menutup pintu [maka orang-orang] akan mati kelaparan."

"Menutup pintu perbatasan berarti mengobarkan perang kedua terhadap rakyat. Kami memanggil semua pejabat asing dan Arab dari sini. Jangan tutup mereka," tekan dia.

Bantuan kemanusiaan banyak disalurkan sejak 2014 melalui Dewan Keamanan PBB yang mengesahkan mekanisme lintas batas di Idlib, yang merupakan rumah bagi ribuan pengungsi lokal yang mengungsi di sana.

Pada 2020, bantuan kemanusiaan internasional seperti makanan, obat-obatan, dan peralatan kesehatan dikirim melalui empat jalur perbatasan. Tetapi jumlah pintu penyeberangan dikurangi menjadi dua karena veto dan keberatan dari Rusia. Pada 2020, Rusia hanya mengizinkan Bab al-Hawa untuk tetap terbuka selama satu tahun lagi.

Dewan Keamanan PBB perlu memperbarui mekanisme agar perlintasan perbatasan tetap terbuka dan bantuan dapat terus berlanjut. Puluhan organisasi non-pemerintah yang beroperasi di Suriah telah mengajukan banding terhadap penutupan pintu Bab al-Hawa antara Turki dan Suriah, jalur terakhir bagi lebih dari 4 juta warga Suriah.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/pengungsi-suriah-desak-pintu-perbatasan-dibuka-untuk-bantuan/2290695
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement