Jumat 25 Jun 2021 03:20 WIB

Obesitas Saat Remaja Tingkatkan Risiko Diabetes

Remaja saat ini lebih cenderung memiliki masalah kesehatan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Dalam sebuah studi baru menunjukkan bahwa remaja yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 2 atau mengalami serangan jantung di usia 30-an dan 40-an.
Dalam sebuah studi baru menunjukkan bahwa remaja yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 2 atau mengalami serangan jantung di usia 30-an dan 40-an.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remaja saat ini lebih cenderung memiliki masalah kesehatan. Kabar buruknya, problem kesehatan ini bisa menimbulkan masalah kembali di masa depan.

Dalam sebuah studi baru menunjukkan bahwa remaja yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 2 atau mengalami serangan jantung di usia 30-an dan 40-an.

Baca Juga

"Masa remaja adalah periode waktu yang penting untuk mencegah diabetes dan serangan jantung di masa depan," kata penulis studi Dr. Jason Nagata, asisten profesor pediatri di divisi kedokteran remaja dan dewasa muda di University of California, San Francisco, dikutip laman unitedpressinternational, Rabu (23/6).

Terlalu banyak makanan olahan di masa kanak-kanak terkait dengan penambahan berat badan ekstra saat dewasa. Dalam studi baru ini, para peneliti menganalisis data 12.300 remaja yang diikuti selama 24 tahun sebagai bagian dari National Longitudinal Study of Adolescent to Adult Health AS. Para peneliti melacak indeks massa tubuh, atau BMI, skor-z.

BMI adalah ukuran lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan, dan z-score memasukkannya ke dalam perspektif berdasarkan usia dan jenis kelamin anak.

Jika dibandingkan dengan remaja yang memiliki skor BMI-z lebih rendah, remaja dengan skor yang lebih tinggi memiliki hampir 9 persen peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2, 0,8 perse  risiko lebih besar untuk mengalami serangan jantung di usia 30-an dan 40-an, dan 2,6 persen lebih tinggi. Risiko berada dalam kesehatan yang lebih buruk secara keseluruhan, dan ini terjadi terlepas dari BMI dewasa mereka.

Para peneliti juga mengontrol faktor-faktor lain yang diketahui mempengaruhi hasil kesehatan, seperti ras/etnis, penggunaan tembakau dan alkohol.

“Orang tua harus mendorong remaja untuk mengembangkan perilaku sehat, seperti aktivitas fisik secara teratur dan makanan seimbang,” kata Nagata.

Dokter juga harus mempertimbangkan riwayat BMI dalam evaluasi mereka. Temuan dipublikasikan secara daring pekan ini di Journal of American College of Cardiology.

Dr. Andrew Freeman, direktur pencegahan dan kesehatan kardiovaskular di National Jewish Health, di Denver, mengatakan apa yang dikonsumsi di awal kehidupan berdampak pada apa yang terjadi pada kehidupan nantinya.

Membuat perubahan gaya hidup sehat dapat membantu menghentikan beberapa risiko. “Makan makanan rendah lemak, makanan utuh, pola makan nabati, karena setiap penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa cara makan ini mengurangi penyakit dan membantu orang mempertahankan atau menurunkan berat badan," kata Freeman yang juga ketua bersama Kelompok Kerja Nutrisi & Gaya Hidup American College of Cardiology.

Olahraga setiap hari juga merupakan bagian penting dari gaya hidup sehat. Dr. Scott Kahan, direktur National Center for Weight and Wellness, di Washington, D.C. mengatakan orang tua harus mendorong kebiasaan sehat, seperti jalan-jalan keluarga dan memasak serta berbelanja makanan sehat bersama.

"Ketika anak-anak mengalami kenaikan berat badan, ambil langkah dengan cara yang cerdas dan suportif untuk membantu meminimalkan kenaikan berat badan dan mendorong gaya hidup yang lebih sehat," kata Kahan, yang tidak terlibat dalam studi baru tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement