Rabu 16 Jun 2021 08:08 WIB

Kode 1 Ember di Persidangan Edhy Prabowo

Kode 1 ember muncul dalam percakapan staf dan sekretaris Edhy Prabowo.

Tersangka kasus dugaan suap izin ekspor benih lobster Safri (kanan), Ainul Faqih (kedua kiri), Siswadi Pranoto Loe (kedua kanan), dan Amiril Mukminin (kiri) bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (22/2/2021). KPK melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap keempat tersangka tersebut.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Tersangka kasus dugaan suap izin ekspor benih lobster Safri (kanan), Ainul Faqih (kedua kiri), Siswadi Pranoto Loe (kedua kanan), dan Amiril Mukminin (kiri) bersiap menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (22/2/2021). KPK melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap keempat tersangka tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK mengungkapkan percakapan antara staf khusus mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, bernama Safri dan sekretaris pribadi Edhy yaitu Amiril Mukminin. Percakapan yang terjadi pada 18 November 2020 itu menyebut soal "1 ember" alias uang miliaran rupiah.

Percakapan Safri dan Amiril dibacakan dalam sidang pemeriksaan saksi untuk terdakwa Edhy Prabowo di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Selasa (15/6) malam.

Baca Juga

"Abang," kata Amiril.

"Iya Mir," balas Safri.

"Sudah 1 ember yang dipegang beliau," jawab Amiril.

"Maksudnya apa nih?" tanya jaksa KPK. "Saya tidak tahu saat itu tapi saat dikonfirmasi ke Amiril, itu untuk keperluan Pak Menteri ke Amerika," jawab Safri yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Uji Tuntas (Due Diligence) Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Lobster.

"1 ember apa?" tanya jaksa. "1 miliar maksudnya," jawab Safri.

"Saudara ketika itu dalam perjalanan ke luar negeri bagaimana bisa berkomunikasi?" tanya jaksa. "Whatsapp kan bisa Pak, pakai nomor Indonesia, didaftarin di pesawat bisa, pakai wifi," jawab Safri.

Selanjutnya jaksa KPK juga membacakan percakapan kedua antara Amiril dan Safri.

"Abang, antisipasi, Grahafood pakai kargo NJP karantina meng-acc SKWP diokein oleh Pak Carli, hebat NJP bisa labrak aturan KKP dan nggak hargain abang dan lain-lain karena logistik BBL selama ini adalah ACK, pengiriman selain ACK ilegal. Hari ini ada kiriman 1 PT gunakan kargo lain, sudah di luar kebijakan abang. Izin bapak harusnya PSDKP bisa sidak seperti dibuatkan begitu saja tidak ada yang cegah, aku WA ke Ipung dan Pak Darma," kata Amiril.

"Tidak benar itu karantina dan DJPT bahaya kalau diloloskan ntar aku lapor ke bapak," jawab Safri.

"Bapak itu siapa?" tanya jaksa KPK. "Maksudnya Pak Menteri, tapi saya tidak lapor karena saya hanya bicara sama Andreau saja," jawab Safri. Andreau yang dimaksud adalah staf khusus Edhy Prabowo yang sekaligus sebagai Ketua Tim Uji Tuntas (Due Diligence) Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Lobster.

Dalam perkara ini Edhy Prabowo didakwa bersama-sama Andreau Misanta Pribadi dan Safri (staf khusus Edhy Prabowo), Amiril Mukminin (sekretaris pribadi Edhy), Ainul Faqih (sekretaris pribadi istri Edhy, Iis Rosita Dewi) dan Siswadhi Pranoto Loe (pemilik PT Aero Cipta Kargo) menerima 77 ribu dolar AS dan Rp 24,625 miliar sehingga totalnya mencapai sekitar Rp 25,75 miliar dari para pengusaha pengekspor benih benih lobster (BBL) terkait pemberian izin budidaya dan ekspor.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement