Rabu 09 Jun 2021 16:14 WIB

Lonjakan Kasus di Kudus Capai 7.594 Persen

Kondisi darurat yang terjadi di Kudus perlu menjadi pelajaran bersama.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas menyemprotkan disinfektan ke pengemudi kendaraan pengangkut pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 saat masuk di Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (7/6/2021). Pemindahan pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 dari Kudus terus dilakukan secara bertahap agar dapat penanganan lebih cepat dan mudah terpantau.
Foto: Aloysius Jarot Nugroho/ANTARA
Petugas menyemprotkan disinfektan ke pengemudi kendaraan pengangkut pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 saat masuk di Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (7/6/2021). Pemindahan pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 dari Kudus terus dilakukan secara bertahap agar dapat penanganan lebih cepat dan mudah terpantau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, lonjakan tajam kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus pada tiga minggu pascalibur Idul Fitri sangat mengkhawatirkan. Satgas mencatat, Kudus mengalami kenaikan kasus bahkan mencapai 7.594 persen dengan angka keterisian tempat tidur atau BOR yang telah mencapai 90,2 persen per 8 Juni 2021.

“Dengan adanya kondisi darurat yang terjadi di Kudus dan Bangkalan beberapa hari terakhir, tentunya perlu menjadi pelajaran kita bersama bahwa kita harus benar-benar mengantisipasi perubahan ke situasi ke arah yang tidak diharapkan,” ujar Wiku menjelaskan saat konferensi pers, Rabu (9/6).

Baca Juga

Selain Kudus, Jepara juga mengalami kenaikan kasus yang cukup tinggi, yakni mencapai 685 persen dengan angka BOR mencapai 88,18 persen. Kemudian, diikuti oleh Demak yang kasusnya naik hingga 370 persen dengan angka BOR mencapai 96,3 persen.

Di Sragen, kenaikan kasus yang terjadi mencapai 338 persen dan angka BOR mencapai 74,84 persen. Dan, di Bandung, kenaikan kasus tercatat mencapai 261 persen dan angka BOR mencapai 82,73 persen.

Karena itu, Wiku pun meminta agar daerah betul-betul memperhatikan kondisi di masing-masing wilayahnya serta melakukan langkah perbaikan. Ia menekankan, kepemimpinan kolaboratif di tingkat kabupaten kota serta provinsi menjadi kunci penentu pendeteksian dini serta penyelesaian masalah yang terjadi.

“BOR yang tinggi dapat diturunkan dengan mengonversi tempat tidur biasa dengan tempat tidur untuk layanan Covid-19 atau bisa juga mentransfer pasien ke RS di wilayah terdekat,” ujar Wiku.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement