Kamis 27 May 2021 07:05 WIB

Benarkah Profesi Bidan 'Bawahan' Dokter?

Bidan seringkali dianggap sebagai 'asisten' dari dokter spesialis kandungan.

Bidan seringkali dianggap sebagai 'asisten' dari dokter spesialis kandungan (Foto: ilustrasi)
Foto: IST
Bidan seringkali dianggap sebagai 'asisten' dari dokter spesialis kandungan (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) Dr dr Melania Hidayat menampik pendapat sebagian orang di Indonesia yang menyebut sebagai bawahan dari dokter. Hal itu juga termasuk obgyn atau dokter spesialis obstetri dan ginekologi.

"Bidan dianggap asistennya para obgyn atau asistennya dokter. Asisten itu konotasinya bawahan. Ini sebetulnya bidan itu profesi sendiri setara dengan profesi kesehatan lainnya, yang memiliki rule, fungsi, kompetensi," kata dia dalam sebuah webinar, belum lama ini.

Baca Juga

Baik bidan dan dokter memiliki posisi setara termasuk dalam mencapai tujuan menyelamatkan ibu dan bayi. Melania mengatakan, Federasi Ginekologi dan Obstetri Internasional (FIGO) sendiri sudah menyatakan komitmennya bekerja sama erat dengan para kolega bidan untuk bersama-sama menyediakan sistem layanan kesehatan global yang kuat untuk perempuan, bayi baru lahir dan remaja.

"Sayangnya di kita (Indonesia), karena historically, masih seringkali para bidan dianggap sebagai bawahan dokter, padahal mereka harusnya setara untuk mencapai kesuksesan kita menyelamatkan ibu. Ini sedikit mengingatkan dan memberi semangat pada bidan dan dokter untuk sama-sama kita setara dalam memerangi tingginya kematian ibu," tutur Melania.

Hal senada juga diungkapkan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Boy Abidin. Dia menyatakan, kesetaraan antara bidan, dokter, obgyn harus dibuat supaya tidak ada yang superior dan inferior.

Lebih lanjut, khususnya dalam memerangi angka kematian ibu (AKI), Melania, merujuk pada laporan situasi kebidanan dunia (State of the World's Midwifery Report atau SoWMy) edisi ketiga tahun 2021, mengungkapkan bidan sebenarnya bisa berkontribusi dalam 67 persen penurunan AKI dan 64 persen penurunan kematian neo-natal. Capaian ini terjadi apabila para bidan sudah mampu menyelenggarakan pelayanannya maksimal dan optimal.

Lebih lanjut, apabila ini tercapai maka pada tahun 2035, bidan diperkirakan mampu menyelamatkan 4,3 juta nyawa per tahun di tingkat global. "Kalau hanya 25 persen saja peningkatan coverage dari yang ada sekarang, bidan bisa menyelamatkan 2,5 juta nyawa. Kalau situasinya meningkat minim misalnya 10 persen, kontribusi bidan bisa menyelamatkan 1,3 juta," tutur Melania.

Walau begitu, bidan tidak bisa melakukan perannya sendiri melainkan membutuhkan dukungan berbagai. Hal ini termasuk sistem kesehatan yang memahami kebutuhan profesi mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement