Sabtu 22 May 2021 16:31 WIB

Satgas Paling Awasi Empat Hal Ini dari Mutasi Covid-19

Kekhawatiran pertama dari mutasi virus corona adalah akurasi tes PCR.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Mutasi  varian Covid-19 menjadi perhatian Satgas Penanganan Covid-19.
Foto: Republika
Mutasi varian Covid-19 menjadi perhatian Satgas Penanganan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa varian baru Covid-19 telah memasuki Indonesia seperti B117, B1617 hingga B1351. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengaku sangat memperhatikan perkembangan mutasi virus tersebut.

"Kenapa kami memperhatikan (concern) mutasi virus, sebab mutasi virus itu proses alamiah, jadi kami tidak perlu khawatir berlebihan. Hanya saja ada empat hal yang penting," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi dalam sebuah diskusi bertema Varian Baru Covid-19, Sabtu (22/5).

Baca Juga

Hal pertama, dia melanjutkan, apakah mutasi virus berdampak pada akurasi alat polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi Covid-19. Sebab, dia melanjutkan, kalau mutasi virus ini berdampak pada kemampuan PCR untuk mendeteksi apakah positif atau negatif maka bisa terjadi negatif palsu (false negative). Namun, pihaknya bersyukur sejauh ini tidak terjadi.

Hal kedua yang pihaknya perhatikan adalah apakah dengan mutasi virus, tingkat penularannya menjadi lebih tinggi. Sebab, di beberapa laporan, dia melanjutkan, varian B117 yang asal Inggris diperkirakan 50 persen lebih menular daripada Covid-19 yang asli dan lebih berbahaya. Kendati demikian, pihaknya sejauh ini belum mendapatkan bukti ilmiahnya.

Hal ketiga yang juga diperhatikan Satgas Covid-19 adalah apakah mutasi virus itu berdampak terhadap keparahan penyakit. Faktor keparahan akibat mutasi, saat ini masih dalam pengamatan sehingga belum bisa menjawab secara pasti.

Hal terakhir atau keempat yang diperhatikan pihaknya adalah apakah mutasi virus itu berdampak pada efikasi atau efektivitas vaksin. Menurut laporan yang ada, Sonny melanjutkan, varian B117 dari Inggris ini berpotensi menurunkan kemampuan antibodi dalam menetralisir virus. Kemudian juga yang paling menjadi perhatian pihaknya adalah varian B1351 di Afrika Selatan karena dilihat bisa berdampak terhadap penurunan efektivitas vaksin. Satgas belum terima hasil kajian secara resmi efektivitas vaksin yang dikaitkan dengan mutasi. Sonny menegaskan semua masih dalam pengamatan dan perkiraan.

"Makanya, cara untuk mencegah terjadinya mutasi Covid-19 secara masif adalah dengan menghindari penularan," katanya.

Sebab, dia menambahkan, mutasi virus terjadi di tubuh diri seseorang. Artinya, ketika virus ini menginfeksi seseorang maka berpotensi terjadi kesalahan saat melakukan replikasi dalam tubuh manusia dan kemudian terjadi mutasi virus. Selain itu, dia melanjutkan, hal yang paling penting dalam konteks perubahan perilaku. Apalagi, manusia tentu tak bisa mengontrol virus untuk bermutasi.

"Sehingga, walaupun droplet dan aerosol bisa menularkan virus ini, memakai masker adalah bentuk proteksi terbaik. Selain itu menjaga jarak karena droplet dan aerosol ketika berbicara ataupun batuk maka virus bisa terlontar sampai jarak 2 meter," ujarnya.

Jadi, dia melanjutkan, mutasi virus memang menjadi perhatian pihaknya. Sehingga, dia melanjutkan, strategi untuk menghadapinya sama yaitu pakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Sonny menambahkan, dalam buku panduan perubahan perilaku yang pihaknya buat, jarak yang disarankan adalah 2 meter antara orang. Upaya ini semakin bagus apalagi kalau memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement