Ahad 09 May 2021 12:43 WIB

Korban Ledakan di Sekolah Afghanistan Jadi 58 Orang

Para dokter masih bergulat memberikan perawatan medis kepada sedikitnya 150 orang.

Orang-orang membawa seorang gadis yang terluka ke rumah sakit setelah ledakan di pusat kota Kabul, Afghanistan, 08 Mei 2021. Sebuah ledakan di dekat sebuah sekolah di daerah Dasht-e-Barchi di bagian barat Kabul menewaskan sedikitnya 58 orang dan menyebabkan puluhan lainnya luka-luka.
Foto: EPA-EFE/HEDAYATULLAH AMID
Orang-orang membawa seorang gadis yang terluka ke rumah sakit setelah ledakan di pusat kota Kabul, Afghanistan, 08 Mei 2021. Sebuah ledakan di dekat sebuah sekolah di daerah Dasht-e-Barchi di bagian barat Kabul menewaskan sedikitnya 58 orang dan menyebabkan puluhan lainnya luka-luka.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Jumlah korban tewas akibat ledakan di luar sebuah sekolah di ibu kota Afghanistan, Kabul, telah meningkat menjadi 58, kata para pejabat Afghanistan pada Ahad (9/5). Saat ini, para dokter masih bergulat memberikan perawatan medis kepada sedikitnya 150 orang yang terluka.

Pengeboman pada Sabtu (8/5) malam itu mengguncang Dasht-e-Barchi yang merupakan lingkungan Muslim Syiah di Kota Kabul. Komunitas Syiah yang merupakan kelompok minoritas agama di Afghanistan dan pada masa lalu menjadi sasaran oleh militan ISIS.

Baca Juga

Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa semua korban adalah siswi yang sedang pulang setelah selesai belajar, kecuali sekitar tujuh atau delapan korban. Keluarga para korban menyalahkan Pemerintah Afghanistan dan Barat karena gagal mengakhiri kekerasan dan perang yang sedang berlangsung. 

Sementara, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Sabtu (8/5) menyalahkan gerilyawan Taliban atas serangan itu. Namun, juru bicara Taliban membantah terlibat dan mengatakan kelompok itu mengutuk setiap serangan terhadap warga sipil Afghanistan.

Jasad masih dikumpulkan dari kamar mayat seiring dengan penguburan pertama di bagian barat Kota Kabul. Beberapa keluarga yang masih mencari kerabat yang hilang berkumpul di luar rumah sakit untuk membaca nama yang ditempel di dinding, dan memeriksa kamar mayat pada Ahad.

"Sepanjang malam kami membawa mayat anak perempuan dan anak laki-laki ke kuburan dan berdoa untuk semua orang yang terluka dalam serangan itu," kata Mohammed Reza Ali, yang telah membantu keluarga para korban di rumah sakit swasta.

"Mengapa tidak membunuh kita semua untuk mengakhiri perang ini?" dia berkata.

Kekerasan itu terjadi seminggu setelah pasukan AS dan NATO yang tersisa mulai keluar dari Afghanistan. Pasukan keluar dengan misi untuk menyelesaikan penarikan pada 11 September, yang akan menandai berakhirnya perang terpanjang di Amerika.

Akan tetapi, penarikan pasukan asing telah menyebabkan gelombang pertempuran antara pasukan keamanan Afghanistan dan gerilyawan Taliban. Kedua pihak berusaha untuk mempertahankan kendali atas pusat-pusat strategis.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement