Ahad 09 May 2021 12:34 WIB

Sejarah Mudik: Dari Era Sebelum Majapahit Hngga Kini

Mudik sudah menjadi tradisi dan budaya di Indonesia sejak lama.

Sejumlah kendaraan pemudik antre memasuki Gerbang Tol Cikampek Utama, Cikampek, Jawa Barat, pada mudik lebaran sebelum pandemi corona (Ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Sejumlah kendaraan pemudik antre memasuki Gerbang Tol Cikampek Utama, Cikampek, Jawa Barat, pada mudik lebaran sebelum pandemi corona (Ilustrasi)

Oleh : Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, --- Mudik menjadi tradisi saat Hari Raya tiba. Hampir semua penganut agama memiliki tradisi mudik saat Hari Raya, termasuk Islam saat Idul Fitri atau Lebaran.

Semua dilakukan untuk bisa mudik Lebaran meski ada larangan dari pemerintah karena pandemi corona. Demi bersilaturahim dan berkumpul dengan keluarga besar di Hari Raya Idul Fitri, jutaan orang rela membelah aspal jalan tol, antre masuk kapal laut, hingga pesawat udara.

Ternyata, mudik sudah menjadi budaya di negeri ini. Bisa jadi tradisi mudik menjadi fenomena mengangumkan di mata dunia.

Masyarakat Betawi yang punya Jakarta, juga mengenal istilah kata "mudik" yang berlawanan dengan kata "milir". Bila mudik berarti pulang, maka milir berarti pergi.

Kata "milir" merupakan turunan dari "belilir" yang berarti: pergi ke Utara. Dulu, tempat usaha banyak berada di wilayah Utara -lihat sejarah Batavia dan Sunda Kelapa. Karena itulah kata "mudik" bermakna: Selatan.

Pendapat lain mengatakan, kaum urban di Sunda Kelapa sudah ada sejak abad pertengahan. Orang-orang dari luar Jawa mencari nafkah ke tempat ini, menetap dan pulang kembali ke kampungnya saat hari raya Idul Fitri tiba. 

Karena itulah, kata "mudik" dalam istilah Betawi juga mengartikan "menuju udik" (pulang kampung).

Ada pula pendapat mengatakan mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa. Mereka sudah mengenal tradisi ini, bahkan jauh sebelum Kerajaan Majapahit berdiri.

Biasanya tujuan pulang kampung untuk membersihkan pekuburan dan doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan untuk memohon keselamatan kampung halamannya yang rutin dilakukan sekali dalam setahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement