REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Rabu (28/4) menawarkan bagian kekuasaan kepada Taliban, asalkan kelompok itu mengakhiri perang dan pertumpahan darah.
Dalam pesannya pada peringatan 29 tahun penggulingan pemerintah pro-Soviet di Kabul oleh mujahidin, presiden Afghanistan mengatakan pelajaran harus dipelajari dari pengalaman pahit di masa lalu dan kebijaksanaan yang diterapkan dalam proses perdamaian.
"Tak seorang pun di Afghanistan dapat memaksakan kehendak kepada rakyat melalui perang dan kekerasan, inilah saatnya bagi Taliban untuk menyerah melakukan perang dan beralih ke mekanisme demokrasi untuk berbagi kekuasaan," kata Ghani dalam pidato yang disiarkan di televisi.
Dia ingat bahwa Afghanistan jatuh ke dalam kekacauan politik dan keamanan, dan menyaksikan kehancuran setelah "jihad" yang berhasil melawan Tentara Merah atau Soviet.
“Afghanistan sekali lagi menghadapi keadaan kritis… keberhasilan jihad adalah karena kerukunan antara rakyat dan persatuan nasional. Demikian pula, kita bisa mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan adil melalui suara yang utuh dan bersatu,” tambah dia.
Negara itu baru-baru ini telah menyaksikan kekerasan yang berkobar sejak Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana keberangkatan pasukan Amerika pada September sebagai tanggal keluarnya.