Sedekah di Bulan Ramadhan

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil

Jumat 23 Apr 2021 22:23 WIB

Ilustrasi Sedekah di bulan Ramadhan Foto: Republika/Tahta Aidilla Ilustrasi Sedekah di bulan Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan merupakan bulan berbagi. Pahala ibadah selama Ramadhan akan dilipatgandakan, termasuk dengan bersedekah.

Bersedekah memiliki sejumlah keutamaan, tidak hanya bagi si penerima, namun juga bagi yang menyisihkan hartanya. Orang yang bersedekah akan senantiasa merasa tenang hatinya. Terlebih dalam kondisi pandemi covid-19, ada banyak orang yang membutuhkan bantuan.

Baca Juga

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Ahmad Zubaidi mengatakan, dengan berbagi maka ini akan begitu membantu saudara-saudara yang saat ini mengalami kesenjangan ekonomi. Dampak covid-19 membuat masyarakat begitu terpuruk secara ekonomi.

"Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, kita harus menirunya. Banyak berinfak, sedekah, tepatnya untuk zakat dan ada wakaf," ucap Ahmad.

Ahmad mengatakan, zakat, infak dan sedekah (ziswaf) dapat segera ditunaikan. Hal ini untuk membantu saudara yang miskin, baik itu karena dampak covid-19 maupun bukan.

Di samping itu, ada ancaman bagi mereka yang mampu bersedekah namun enggan berbagi. Ahmad mengatakan, orang-orang yang mampu namun enggan berbagi akan didoakan malaikat hartanya akan hancur.

Dalam sebuah hadits disebutkan, "Setiap pagi, dua malaikat turun mendampingi seorang hamba. Yang satu mendoa: Wahai, Tuhan! Berikanlah ganti rugi bagi dermawan yang menyedekahkan hartanya. Dan yang satu lagi berkata: Wahai, Tuhan! Musnahkanlah harta si bakhil (HR Bukhari dan Muslim).

"Malaikat turun dan berdoa semoga yang berinfak diberikan ganti yang lebih baik, sebaliknya yang pelit didoakan harta bendanya hancur. Ini Shahih. Memang maksudnya ini bersedekah sepanjang hari, untuk mendoakan manusia sepanjang hari. Sepanjang hari ini akan didoakan diganti dengan yang lebih baik kalau tidak hartanya bisa hancur," ucap Ahmad.

Dia menjelaskan, setiap harta berlebih yang diberikan kepada seorang hamba, ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Berinfak juga bukan sekedar menaati perintah, melainkan juga meraih keutamaannya.

Dalam surat Ali Imran ayat 92 disebutkan, "Kamu sekali-kali tidak akan sampai mencapai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya".

"Allah katakan kamu tidak akan mencapai kebajikan kalau tidak berinfak, dan dari apa yang kita cintai. Jangan mentang-mentang covid-19 kita jadi berlindung dengan mengatakan tidak bisa infak karena terdampak covid-19. Dalam keadaan seperti ini gugah kepedulian kita, kita susah bukan berarti tidak memperhatikan orang lain," ucapnya.

Ahmad mengungkapkan, orang bertakwa cirinya adalah dia akan berinfak baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Dan jangan sampai terbentuk, karena sedang susah, sehingga enggan untuk berbagi.

Menurut Ahmad, berinfak juga tidak hanya lewat harta, namun bisa lewat tenaga, dan pikiran. Bahkan berkata yang baik kepada orang lain juga termasuk sedekah.

"Mari umat islam di bulan Ramadhan, penuh berkah pahala dilipatgandakan, perbanyak sedekah. Mari tunaikan zakat, zakat mal yang terutama, sebagai tanda ketaatan dan kepedulian kepada sesama saudara, sesama muslim. Ini semua akan menjadi manifestasi

takwa kepada Allah," ucap Ahmad.

Sementara, Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat sekaligus Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Noor Achmad mengatakan, berbagi kepada orang lain bisa dilakukan dalam bentuk apa pun, baik rezeki, ilmu dan lainnya. Dalam berbagi tidak memandang kaya atau miskin.

"Yang kaya berbagi kepada yang miskin, semangat ramadhan kita raih pahala besar, harus diperoleh tergantung pada kemampuan diri kita masing-masing. Kita mau berbagi dalam senang atau susah, kaya atau miskin, diharuskan tetap memberikan sebagian harta kita kepada yang berhak," kata Noor.

Noor mengatakan, dalam Alquran tegas disebutkan bahwa ciri orang bertakwa yakni mereka yang mampu memberikan infak pada saat senang maupun susah. Seharusnya manusia juga dapat berbagi kapan pun itu waktunya.

Dia melanjutkan, Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam banyak surat, terkait harta ada hak Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menjadi hak orang tak berpunya. Artinya, pada sebagian harta umat, ada harta yang dititipkan untuk orang yang berhak.

Noor mengungkapkan, dengan saling berbagi antar sesama maka ini akan menciptakan harmoni dalam bidang ekonomi. Hal ini juga agar harta tidak bertumpuk pada orang yang kaya saja.

"Yang penting berbagi untuk menciptakan harmoni. Kaya miskin itu ada, tidak mungkin kaya semua, yang diharapkan bisa menyeimbangkan kehidupan," kata dia.

Noor turut mengajak kepada umat islam untuk saling berbagi di bulan Ramadhan, pahala akan dilipatgandakan bukan hanya 10 atau 100, melainkan tanpa batas. Menurut Noor, kalau Allah Ta'ala menyebutkan puasa adalah untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka otomatis segala yang dilakukan merupakan persembahan khusus.

"Rasulullah menegaskan bagi yang berpuasa mendapatkan dua kebahagian saat berbuka berpuasa dan bertemu Tuhan. Ketemu Tuhan bisa kapan saja, tidak pas sudah mati, hidup ketemu Tuhan. Puasa adalah orang yang dekat dengan Allah, kita harus berusaha menyucikan diri, mudah-mudahan kita akan terus dekat," ucap Noor.