Jumat 16 Apr 2021 10:10 WIB

Citigroup Pastikan Karyawan di Indonesia tak Berdampak

Citigroup telah berbisnis di Indonesia sejak 1968.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Citibank
Foto: news.nationalpost.com
Citibank

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Citi Indonesia Batara Sianturi memastikan nasabah dan karyawan Citi Indonesia tidak akan perubahan langsung kendati jasa keuangan global asal Amerika Serikat Citigroup Inc menyatakan akan keluar dari bisnis consumer banking di 13 negara, termasuk Indonesia.

"Tidak akan ada perubahan langsung pada operasi kami di Indonesia, dan tidak ada dampak langsung terhadap para karyawan kami setelah pengumuman ini," ujarnya seperti dikutip dari website Citigroup, Jumat (15/4).

Baca Juga

Lebih lanjut, dia menjelaskan Citigroup telah berada di Indonesia sejak 1968 dengan tim yang penuh dedikasi dan basis klien yang kuat yang telah berkontribusi pada kesuksesan perseroan.

"Saat ini kami melayani 90 persen dari 20 perusahaan terbesar di Indonesia dan pada tahun lalu kami mengumpulkan dana lebih dari 10 miliar dolar AS bagi para klien kami di Indonesia," katanya.

Batara menuturkan penyegaran strategi oleh Citi ini akan menciptakan peluang besar bagi kami untuk menawarkan nilai proposisi yang berbeda dan unik kepada para klien. "Saat kami memasuki fase baru pertumbuhan dan transformasi yang berfokus pada bisnis perbankan institusional kami," ujar Batara. 

Sebelumnya, Citigroup baru saja mengumumkan hasil kinerja keuangannya pada kuartal pertama 2021. Dalam siaran persnya, Citi CEO Jane Fraser turut mengumumkan Citi akan memfokuskan kehadiran bisnis global consumer bank di Asia dan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) pada empat global wealth center dan keluar dari bisnis consumer banking di 13 negara, termasuk Indonesia.

"Kami akan mengoperasikan waralaba perbankan konsumen kami di Asia dan EMEA hanya dari empat pusat kekayaan yaitu Singapura, Hong Kong, UEA, dan London. Ini memposisikan kami untuk menangkap pertumbuhan yang kuat dan pengembalian menarik yang ditawarkan bisnis manajemen kekayaan melalui pusat-pusat penting ini," ujar Fraser.

Meskipun 13 pasar lainnya memiliki bisnis yang sangat baik, lanjut Fraser, pihaknya tidak memiliki skala yang dibutuhkan dapat bersaing. "Kami yakin modal, investasi dolar, dan sumber daya lainnya digunakan dengan lebih baik untuk menghadapi peluang pengembalian yang lebih tinggi dalam pengelolaan kekayaan dan bisnis kelembagaan kami di Asia," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement