Selasa 06 Apr 2021 18:47 WIB

AS dan Iran Mulai Gelar Perundingan Nuklir

Pertemuan antara AS dan Iran digelar dengan perantara.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Upaya awal pemerintahan Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 mendapat tanggapan awal yang dingin dari Teheran. Meskipun hanya sedikit yang mengharapkan terobosan di bulan pertama pemerintahan baru, garis keras Iran menunjukkan jalan yang sulit di depan.
Foto: AP/Iranian Revolutionary Guard/Sepa
Dalam foto file ini dirilis 16 Januari 2021, oleh Pengawal Revolusi Iran, sebuah rudal diluncurkan dalam sebuah latihan di Iran. Upaya awal pemerintahan Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 mendapat tanggapan awal yang dingin dari Teheran. Meskipun hanya sedikit yang mengharapkan terobosan di bulan pertama pemerintahan baru, garis keras Iran menunjukkan jalan yang sulit di depan.

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Langkah untuk membawa Amerika Serikat bergabung kembali ke perjanjian nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) semakin dekat. Iran dan lima kekuatan dunia yang masih bergabung dalam kesepakatan itu akan bertemu di Wina, sementara Washington juga mulai menggelar pertemuan tak langsung dengan Teheran.

Pada Jumat (2/4) lalu Washington dan Teheran dikabarkan akan menggelar perundingan melalui perantara. Pertemuan ini menjadi tanda pertama kemungkinan kedua negara bergabung kembali dengan JCPOA yang membatasi program nuklir Iran dan mencabut sanksi-sanksi AS dan internasional ke negara itu.

Baca Juga

Pada 2018 lalu mantan Presiden AS Donald Trump menarik AS dari JCPOA. Lalu menerapkan berbagai sanksi ke negara Timur Tengah tersebut alasannya untuk memberikan tekanan maksimal agar Iran bersedia menghentikan program nuklirnya.

Sejak itu Iran melanggar ketentuan-ketentuan JCPOA secara bertahap dengan menambah pasokan uranium yang diperkaya serta meningkatkan kemurniannya. Langkah tersebut dinilai untuk menekan negara-negara yang turut menandatangani JCPOA seperti China, Prancis, Jerman, Inggris dan Rusia agar mengambil tindakan atas sanksi-sanksi  yang diterapkan Trump.

Presiden Joe Biden berjanji membawa AS kembali ke JCPOA dan membatasi program nuklir Iran seperti yang telah disepakati masyarakat internasional menjadi salah satu prioritasnya. Tapi Iran dan AS tidak sepakat dengan permintaan Iran atas sanksi-sanksi Trump dicabut terlebih dahulu.

Pada Selasa (6/4) pejabat senior Kementerian Luar Negeri dari negara-negara yang masih bergabung di JCPOA menggelar pertemuan di Wina. Rapat tersebut akan dipimpin oleh Uni Eropa.

Utusan Khusus AS untuk Iran Rob Malley akan mewakili Negeri Paman Sam dalam pertemuan di ibu kota Austria tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pertemuan itu akan berpusat mengenai kelompok kerja yang akan dibentuk Uni Eropa bersama pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

Pada Senin (5/4) kemarin Price mengatakan pertemuan tersebut 'langkah maju yang sehat'. Tapi ia menambahkan AS tidak mengharapkan ada terobosan sejak awal pembahasan dan memperkirakan pertemuan akan berlangsung sulit.

"Kami tidak akan memperkirakan di sana akan ada pertemuan langsung dengan Iran, walaupun tentu kami tetap terbuka pada mereka dan kami akan melihat apa yang terjadi mulai pada pekan ini," kata Price.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menegaskan pihaknya tidak akan bertemu dengan AS. "Tidak ada pertemuan AS-Iran. Tidak perlu," cicitnya di Twitter Jumat lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement