Ahad 04 Apr 2021 04:20 WIB

Pemberontak: 12 Ribu Warga Sipil Myanmar Mengungsi

Militer Myanmar menggunakan kekuatan yang terlalu berlebihan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi: Tentara Myanmar.
Foto: Anadolu Agency
Ilustrasi: Tentara Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Sebuah kelompok pemberontak menuduh militer Myanmar mengerahkan kekuatan berlebihan pada Sabtu (3/4). Mereka mengatakan bahwa serangan udara terus menerus membuat lebih dari 12 ribu warga sipil tidak bersenjata termasuk anak-anak mengungsi.

Akhir bulan lalu, kelompok etnis bersenjata Persatuan Nasional Karen (KNU) merebut pangkalan militer di negara bagian Kayin Timur. Insiden itu menewaskan 10 perwira militer. Kemudian Junta Myanmar membalas dengan serangan udara.

Baca Juga

KNU telah menjadi lawan vokal junta militer yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dari kekuasaannya dua bulan lalu. KNU mengatakan melindungi ratusan aktivis anti-kudeta.

Pada Sabtu (3/4), KNU mengutuk penggunaan kekuatan berlebihan dengan melakukan pemboman tanpa henti dan serangan udara dari 27 Maret hingga 30 Maret. Serangan itu telah menyebabkan kematian banyak orang termasuk anak-anak.

"Serangan udara juga menyebabkan lebih dari 12 ribu orang mengungsi yang telah meninggalkan desa mereka dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang besar," kata KNU, dilansir dari laman Channel News Asia, Sabtu (3/4).

Juru bicara Junta, Zaw Min Tun mengatakan, militer hanya menargetkan Brigade ke-5 KNU yang memimpin perebutan pangkalan militer dan membunuh para perwira.

"Kami melakukan serangan udara hanya pada hari itu," katanya kepada AFP.

"Kami telah menandatangani perjanjian gencatan senjata nasional. Jika mereka mengikuti NCA, tidak ada alasan konflik terjadi," kata Zaw Min Tun.

Media lokal dan kelompok hak asasi etnis Karen telah melaporkan beberapa pengeboman dan serangan udara di seluruh negara bagian selama beberapa hari terakhir.

Sekitar 3.000 orang melarikan diri ke negara tetangga Thailand pada Senin lalu. Mereka menyeberangi Sungai Salween untuk mencari perlindungan. Tetapi sebagian besar kembali ke Myanmar pada Rabu. Mereka yang kembali diklaim Thailand sebagai kemauan mereka sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement