Rabu 24 Mar 2021 11:27 WIB

Korut Bangun Puluhan Ribu Apartemen

Korut melanjutkan proyek tersebut karena ingin meningkatkan kondisi kehidupan warga.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (tengah).
Foto: EPA-EFE/KCNA
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) membangun 10 ribu apartemen baru di ibu kota Pyongyang. Pembangunan apartemen tersebut dilakukan di tengah krisis ekonomi yang  membuat proyek konstruksi terhenti.

Pemimpin Korut Kim Jong-un meresmikan dimulainya konstruksi pada tahap pertama pada Selasa (23/3). Total apartemen yang akan dibangun nantinya mencapai 50 ribu unit, dan merupakan bagian dari rencana lima tahun yang diumumkan pada Januari lalu.

Baca Juga

 "Tidak ada yang lebih berharga dan terhormat dan lebih bahagia daripada tanpa ragu mendedikasikan keringat dan semangat kami untuk membangun jalan yang ideal," kata Kim, menurut kantor berita negara KCNA.

Pemerintah memutuskan untuk melanjutkan proyek tersebut karena ingin meningkatkan kondisi kehidupan warga.

Kim telah membuat rencana pembangunan ekonomi lima tahun yang sangat ambisius. Rencana tersebut bertujuan untuk mengembangkan ekonomi Korut. Namun rencana pembangunan ekonomi Kim kemungkinan akan mengalami kendala karena menghadapi tantangan besar, termasuk sanksi internasional yang diberlakukan atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya.

Perekonomian Korut semakin memburuk akibat salah urus pemerintah, bencana alam, dan penguncian perbatasan untuk mencegah pandemi virus korona. CEO Korea Risk Group Chad O'Carroll mengatakan, peluncuran proyek pembangunan apartemen menandakan diakhirinya penutupan perbatasan yang ketat di Korut

 “Sangat berisiko bagi Kim Jong-un untuk memulai proyek konstruksi profil tinggi ketika proyek-proyek utama negara lainnya tertunda begitu parah,” kata O'Carroll.

 “Beberapa input konstruksi dari luar negeri akan dibutuhkan untuk apartemen baru ini, yang hanya akan mungkin diperoleh jika Korea Utara mulai mengizinkan impor lagi,” kata O'Carroll.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement