Selasa 16 Mar 2021 02:03 WIB

Objek Wisata di Jateng Diminta Terapkan Pembayaran Nontunai

Penggunaan sistem pembayaran nontunai juga bisa mengurangi potensi kecurangan.

Warga mengunjungi objek wisata desa Mbalong Sangkal Putung di Desa Kesambi, Mejobo, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (12/3/2021). Pengelola objek wisata di seluruh Provinsi Jawa Tengah (Jateng) diminta menerapkan pembayaran nontunai.
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
Warga mengunjungi objek wisata desa Mbalong Sangkal Putung di Desa Kesambi, Mejobo, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (12/3/2021). Pengelola objek wisata di seluruh Provinsi Jawa Tengah (Jateng) diminta menerapkan pembayaran nontunai.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pengelola objek wisata di seluruh Provinsi Jawa Tengah (Jateng) diminta menerapkan pembayaran nontunai. Hal ini guna mengurangi risiko penularan Covid-19.

"Ini menarik karena Bank Indonesia (BI) punya aplikasi QRIS (Quick Response Code Indonesia) yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran nontunai sehingga saya mendorong agar di tempat-tempat wisata, tempat belanja, rumah makan dan lainnya di Jateng juga menerapkannya," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Senin (15/3).

Baca Juga

Menurut dia, penerapan pembayaran nontunai di objek-objek wisata merupakan langkah tepat untuk mewujudkan adaptasi kebiasaan baru selama pandemi Covid-19. "Dengan cashless payment, kita tidak bersentuhan langsung dan tidak perlu pegang-pegang uang. Cukup menggunakan aplikasi dan hanya ditempelkan saja, betul-betul contactless dan ini sangat aman untuk kita menghindari potensi penularan karena sentuhan langsung," ujarnya.

Selain itu Ganjar menegaskan penggunaan sistem pembayaran nontunai juga bisa mengurangi potensi kecurangan atau korupsi sebab mekanisme nontunai yang langsung ditransfer antara bank ke bank, membuat potensi penyalahgunaan keuangan bisa dihindari.

"Jadi integritas bisa dijaga karena uangnya akan terdeteksi dengan lengkap. Ini bisa mencegah korupsi," katanya.

Tak hanya itu, Ganjar juga menyebut manfaat lain dari penggunaan sistem nontunai itu diantaranya membuat masyarakat lebih aman karena tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar saat berwisata, serta data penggunaan pembayaran nontunai bisa digunakan untuk memotret perilaku konsumen saat berwisata.

"Dia datang berapa orang, beli apa saja, tujuannya kemana kan bisa dikumpulkan. Nah data itu bisa menjadi alat untuk melakukan analisis untuk pengembangan destinasi wisata, tak hanya destinasi wisata, kalau ini dilakukan di hotel, restoran, tempat belanja dan lainnya di Jateng, maka akan menarik. Saya tentu mendukung," ujarnya.

Hal tersebut disampaikan Ganjar saat peluncuran Program Pembayaran Nontunai di Objek Wisata Pemandian Air Panas Guci secara virtual yang didukung oleh Bank Indonesia dan Pemkab Tegal.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah Pribadi Santoso mengatakan pihaknya terus mendorong sistem pembayaran elektronik pada seluruh lapisan masyarakat. Harapannya, dengan masifnya pembayaran nontunai tersebut, khususnya selama pandemi, akan mengurangi potensi penularan Covid-19 dari sentuhan langsung dan dari uang tunai.

"Penggunaan pembayaran nontunai melalui QRIS cukup tinggi. Saat ini saja, sudah ada ratusan ribu merchant yang menggunakan QRIS di Jawa Tengah," katanya.

Sementara itu Pimpinan Bank Jateng Cabang Slawi Fachrudin Arif menambahkan bahwa pihaknya selaku bank milik pemerintah daerah turut aktif mendorong penggunaan QRIS."Aplikasi telah disediakan oleh Bank Jateng melalui Bank Jateng E-Bima yang bisa diunggah melalui ponsel," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement