Jumat 26 Feb 2021 19:45 WIB

Rahasia di Balik Penamaan Kata ‘Allah’ Menurut Ulama  

Terdapat rahasia di balik penamaan kata Allah menurut ulama

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Terdapat rahasia di balik penamaan kata Allah menurut ulama.  Ilustrasi Lafaz Allah
Foto: Foto : MgRol112
Terdapat rahasia di balik penamaan kata Allah menurut ulama. Ilustrasi Lafaz Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, Allah Dia lah Tuhan satu-satunya yang patut disembah. Tidak ada Tuhan Selain Allah.

KH Ahmad Chodri Romli dalam bukunya "Ensiklopedi Haji dan Umrah" menerangkan, lafal Allah adalah sebutan atau nama Tuhan Yang Maha-Esa, Pencipta, Pemelihara dan Pengatur alam semesta ini (rabbul kauni). Allah pemiliki sifat-sifat kesempurnaan, dan kepada-Nya lah setiap makhluk di jagat raya ini menyembah, berdoa, dan memohon pertolongan.

Baca Juga

Lafal Allah yang seringkali disebut 'lafzhul jalalah' (keagungan), secara kebahasaan, berasal dari akar kata 'ilah' (Dzat yang disembah). Kata ‘ilah’ dipakai untuk semua yang dianggap sebagai Tuhan, kemudian di depannya diberi kata sandang penambahan huruf 'alif' dan 'lam' (al-ma'rifat) sehingga menjadi ‘al-ilah’ untuk menunjukkan Dzat tertentu. 

Lalu, huruf hamzah kata ‘ilah’ dibuang, maka jadilah kata Allah. Dengan demikian, lafal ‘Allah’ yang berasal dari kata ‘al-ilah’ itu dimaksudkan sebagai nama Dzat Yang Maha-Esa, Mahakuasa, dan Mahapencipta, Dzat yang wajib al-wujud. 

Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu'in (1/15) menulis sebagai berikut: 

والله علم للذات الواجب الوجود، وهو اسم جنس لكل معبود، ثم عرف بأل وحذفت الهمزة، ثم استعمل في المعبود بحق، وهو الاسم الاعظم عند الاكثر، ولم يسم به غيره ولو تعنتا

"....dan lafal Allah adalah 'Isim' alam' untuk Dzat yang wajib 'al-wujud'.  asalnya dari kata ‘ilahun’. Ia adalah untuk setiap sesuatu yang disembah, kemudian dimarifatkan dengan ‘al’ (maksudnya huruf alif dan lam). Lalu huruf hamzah nya dibuang maka dia menjadi lafal ‘Allah’. Selanjutnya digunakan untuk sebutan bagi nama Dzat yang paling berhak disembah (fi al-ma'budi bihaqqi). Ia adalah 'ismul a’zham' ( nama yang sangat agung) yang selainnya tak disebut dengan lafal Allah.” 

Prof Fazrul Rahman, guru besar kajian Islam Universitas Chicago dalam bukunya "Ensiklopedi Hukum Islam"mengatakan, "Itulah nama Tuhan yang sesungguhnya, dan merupakan totalitas nama Tuhan yang mencakup semua nama yang lain." 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement