Senin 22 Feb 2021 10:37 WIB

China Minta AS Buka Dialog untuk Pulihkan Hubungan Bilateral

Panggilan telepon antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Biden dinilai positif

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Bendera China-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera China-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Diplomat senior China Wang Yi meminta pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membuka kembali dialog antarkedua negara untuk memulihkan hubungan bilateral. Hubungan AS dan China merenggang di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.

Wang mengatakan, tindakan pemerintahan Trump yang menekan China telah menimbulkan kerugian yang tak terukur. Dia meminta Washington menghapus tarif atas barang-barang China dan tidak lagi melakukan tekanan terhadap sektor teknologi China. Wang juga mendesak AS untuk menghormati kepentingan dalam negeri China dan berhenti "berkomplot" dengan pasukan separatis untuk mendukung kemerdekaan Taiwan. 

Baca Juga

"Selama beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat pada dasarnya memutuskan dialog bilateral di semua tingkatan," kata Wang yang merupakan anggota dewan negara.

"Kami siap untuk melakukan komunikasi yang jujur dengan pihak AS, dan terlibat dalam dialog yang bertujuan untuk memecahkan masalah," ujar Wang, menambahkan.

Wang mengatakan, panggilan telepon antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Biden merupakan langkah positif untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara yang berada pada titik terendah dalam beberapa dekade. Di bawah pemerintahan Trump, AS dan China telah berselisih di berbagai bidang termasuk perdagangan, tuduhan kejahatan hak asasi manusia terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, dan klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan. 

Pemerintahan Biden mengisyaratkan akan mempertahankan tekanan terhadap Beijing. Sebelumnya, Biden telah menyuarakan keprihatinan tentang praktik perdagangan yang "tidak adil" oleh China. Biden juga mendukung tekad pemerintahan Trump bahwa China telah melakukan genosida dan melakukan kejahatan hak asasi manusia terhadap minoritas Muslim di Xinjiang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement