Kamis 21 Jan 2021 07:12 WIB

Trump Tinggalkan Gedung Putih Saat AS Porak-Poranda

Trump mewariskan kekacauan dan bangsa yang terpecah-belah saat lengser

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Presiden Donald Trump dan ibu negara Melania Trump tiba dengan Marine One sebelum menaiki Air Force One di Pangkalan Angkatan Udara Andrews, Md., Rabu, 20 Januari 2021.
Foto: AP / Manuel Balce Ceneta
Presiden Donald Trump dan ibu negara Melania Trump tiba dengan Marine One sebelum menaiki Air Force One di Pangkalan Angkatan Udara Andrews, Md., Rabu, 20 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Donald Trump telah keluar dari Gedung Putih dan naik Marine One untuk terakhir kalinya sebagai presiden. Ia mewariskan kekacauan dan bangsa yang terpecah-belah.

Trump menjadi presiden pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS) yang dua kali dimakzulkan. Trump meninggalkan Gedung Putih saat jutaan warga AS kehilangan pekerjaannya dan 400 ribu orang meninggal karena virus corona.

Baca Juga

Partai Republik kehilangan kekuasaan di Gedung Putih dan Kongres. Trump juga akan selamanya dikenang untuk aksi terakhir di masa jabatannya sebagai presiden: memicu pemberontakan di Capitol Hill yang menewaskan lima orang, termasuk satu petugas polisi.

Trump juga menjadi presiden pertama di masa modern yang memboikot pelantikan penggantinya. Ia mempertahankan klaim palsu mengenai kecurangan pemilih presiden pada November lalu. Pejabat dari Partai Republik di sejumlah negara bagian, termasuk yang ia tunjuk, membantah klaim tersebut.

Namun Trump tetap menolak berpartisipasi dalam upacara penyerahan kekuasaan dengan damai, tradisi yang menjadi simbol negara-negara besar. Ia tidak mengundang pasangan Joe dan Jill Biden ke Gedung Putih sesuai tradisi.

Pada Selasa (19/1) kantor berita Associated Press melaporkan saat Biden mengambil sumpah jabatan, Trump berada di klub pribadinya, Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida. Sebelum menghadapi masa depan yang tidak pasti ia memberi dirinya sendiri sebuah upacara yang disertai karpet merah, band militer, dan 21 tembakan penghormatan.

Ada tamu yang diundang, tapi belum diketahui berapa banyak yang hadir. Wakil Presiden Mike Pence berencana tidak menghadiri pesta tersebut dengan alasan kesulitan logistik yang diperlukan dari pangkalan udara ke acara itu.

Usai penyerbuan pendukung Trump ke Gedung Kongres, kini Washington berubah menjadi benteng pertahanan. Puluhan ribu pasukan Garda Nasional menjaga ibu kota yang dipagari kawat besi dan pos-pos pemeriksaan.    

Para pembantunya sudah meminta Trump menghabiskan hari-hari terakhir masa jabatannya dengan menekankan apa yang berhasil ia capai. Memotong pajak, menghapus banyak regulasi pemerintah, dan menormalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel.

Namun Trump menolak saran tersebut. Ia memilih mengunjungi perbatasan Texas dan merilis sebuah video. Dalam video tersebut Trump berjanji pada pendukungnya bahwa 'gerakan kami baru saja dimulai'.

Sebelum penyerangan ke Capitol Hill, Trump diprediksi tetap menjadi pemimpin de facto di Partai Republik dengan pengaruh yang sangat besar. Ia diperkirakan akan menentukan calon-calon politisi yang maju untuk jabatan tertentu. Ia akan maju lagi dalam pemilihan presiden 2024.

Namun kini ia tidak berdaya. Banyak anggota Partai Republik yang menyerangnya. Ia dimakzulkan dua kali, akun Twitter yang ia gunakan sebagai corongnya sudah ditutup. Trump juga akan menjalani sidang di Senat yang memutuskan apakah ia boleh maju lagi ke pemilihan presiden atau tidak.

Trump yang masih dalam keadaan marah dan malu terperosok dalam amarah dan depresi. Di pekan-pekan terakhirnya ia semakin dalam masuk ke dalam ilusi-ilusi konspirasi. Orang-orang yang berbicara padanya mengatakan Trump masih yakin ia memenangkan pemilihan presiden.

Trump juga terus mencaci orang-orang Partai Republik yang menurutnya tidak setia. Secara terbuka maupun pribadi ia sudah mengancam akan menentang semua orang yang menurutnya mengkhianatinya di primary Partai Republik.

Setelah kekacauan dan drama yang ia tinggalkan, pada akhirnya Trump mengakhiri masa jabatannya seperti saat ia mulai berkuasa: sendirian. Partai Republik akhirnya meninggalkannya usai pendukung Trump menyerbu Gedung Kongres.

Capitol Hill adalah kebanggaan sistem demokrasi Amerika, suara demokrasi dunia. Pada 6 Januari lalu pendukung-pendukung Trump mencari anggota Partai Republik yang menolak mengikuti tindakan konstitusional Trump menolak hasil pemilihan presiden yang sah dan demokratis.

Walaupun Washington sudah merasa cukup pada Trump tapi ia masih memiliki basis massa di kota. Ia memiliki pendukung yang menjabat di pos-pos penting seperti Komite Nasional Partai Republik dan organisasi partai cabang negara bagian.

Namun kota itu tampaknya tidak akan merindukan Trump. Ia jarang meninggalkan Gedung Putih. Jika keluar ia hanya mengunjungi hotelnya sendiri. Ia dan istrinya tidak pernah makan malam di restoran setempat, tidak pernah berbelanja di toko-toko kecil, atau melihat-lihat lokasi tertentu.

Saat ia meninggalkan Gedung Putih ia hanya mengunjungi propertinya sendiri. Seperti lapangan golf miliknya di Virginia, lapangan golfnya di New Jersey, serta klub pribadi dan lapangan golfnya di Palm Beach, Florida.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement