Senin 23 Nov 2020 00:51 WIB

Bangladesh Didesak Batalkan Relokasi Pengungsi Rohingya

Bangladesh didesak batalkan relokasi pengungsi Rohingya ke pulau terpencil

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Pengungsi Rohingya berkumpul di Teknaf dekat Cox
Foto: AP/Suzauddin Rubel
Pengungsi Rohingya berkumpul di Teknaf dekat Cox

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Organisasi hak asasi manusia (HAM) Amnesty International mendesak Pemerintah Bangladesh membatalkan rencana merelokasi pengungsi Rohingya ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala yakni Pulau Bhasan Char. Langkah tersebut dinilai memiliki risiko keamanan dan keselamatan.

Amnesty menyebut Pulau Bhashan Char belum dinyatakan aman untuk tempat tinggal oleh PBB. Di sisi lain, masih banyak pengungsi Rohingya yang enggan direlokasi ke pulau tersebut. Amnesty menuding otoritas Bangladesh telah menekan komunitas pengungsi Rohingya di selatan Cox's Bazar agar bersedia dipindahkan.

Baca Juga

“Pengungsi Rohingya, yang diwawancarai oleh Amnesty International bulan ini, mengatakan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas kamp pengungsi di Cox's Bazar telah memaksa mereka untuk mendaftar relokasi,” kata Amnesty dalam sebuah pernyataan dikutip laman Anadolu Agency, Ahad (22/11).

Menurut Amnesty, Bangladesh berupaya merelokasi 300-400 pengungsi Rohingya ke Pulau Bhashan Char pada November. Kepala Amnesty International untuk Asia Selatan Omar Waraich mengungkapkan Bhashan Char belum dianggap aman untuk tempat tinggal manusia. Selain itu masih ada pertanyaan serius mengenai prosedur relokasi pengungsi.

“Berdasarkan pengalaman mereka yang telah berbicara dengan Amnesty International, banyak orang Rohingya yang telah mendaftar untuk pindah ke Bhashan Char melakukannya karena paksaan dan bukan pilihan,” kata Waraich.

Dia mengatakan setiap keputusan terkait relokasi pengungsi harus transparan dan melibatkan partisipasi penuh masyarakat Rohingya. "Sementara itu, rencana untuk relokasi lebih lanjut harus ditinggalkan," ujarnya.

Dia meminta otoritas Bangladesh mengizinkan PBB melakukan penilaian terhadap Bhashan Char. Waraich pun mendesak Bangladesh segera mengembalikan ratusan pengungsi Rohingya yang saat ini berada di pulau itu kepada keluarga mereka di Cox's Bazar.

Pada Agustus 2017, lebih dari 700 ribu orang Rohingya melarikan diri dari Rakhine dan mengungsi ke Bangladesh. Hal itu terjadi setelah militer Myanmar melakukan operasi brutal untuk menangkap gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA).

Masifnya arus pengungsi ke wilayah perbatasan Bangladesh segera memicu krisis kemanusiaan. Para pengungsi Rohingya terpaksa harus tinggal di tenda atau kamp dan menggantungkan hidup pada bantuan internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement