Sabtu 14 Nov 2020 04:40 WIB

Industri Cerpelai Merugi Akibat Mutasi Virus Corona

Denmark dan Belanda sebagai penghasil bulu cerpelai dunia bisa merugi akibat corona

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Cerpelai. Ternak cerpelai di Denmark dimusnahkan untuk mengantisipasi dampak mutasi galur (strain) virus corona.
Foto: EPA
Cerpelai. Ternak cerpelai di Denmark dimusnahkan untuk mengantisipasi dampak mutasi galur (strain) virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Perkembangan yang meresahkan tentang mutasi virus corona terjadi di peternakan cerpelai. Meski tempat budidaya hewan tersebut terdapat di beberapa negara, Denmark menjadi salah satu yang paling waspada.

Bulu cerpelai digunakan dalam pakaian, aksesori, dan beberapa bulu mata palsu. Sedangkan minyak bulu digunakan dalam kosmetik dan produk medis serta sebagai perawatan pada barang-barang kulit.

Baca Juga

Laporan BBC menyatakan enam negara telah melaporkan wabah virus korona di peternakan cerpelai. Negara-negara itu adalah Belanda, Denmark, Spanyol, Swedia, Italia, dan Amerika Serikat (AS). Secara global, produksi bulu cerpelai mencapai sekitar 45 juta bulu per tahun.

Denmark adalah produsen bulu cerpelai terbesar di dunia dan pasar ekspor utamanya adalah China yang mencapai sepertiga. Akibat dugaan penularan virus corona dari hewan sejenis musang ini ke manusia, jutaan cerpelai dimusnahkan, meski negara itu belum mengeluarkan undang-undang yang bertujuan untuk menutup sektor bulu cerpelai.

Keputusan ini membuat peternak cerpelai rugi besar. Dikutip dari situs Komite Pertanian dan Makanan Denmark, kulit cerpelai negara itu adalah yang termahal di pasaran dunia. Hal ini disebabkan karena para peternak Denmark menghasilkan kualitas bulu yang unggul dan diminati konsumen.

Sebanyak 1.500 peternak bulu Denmark menghasilkan sekitar 19 juta kulit cerpelai. Rumah lelang bulu terbesar di dunia dan pusat perdagangan bulu global, Kopenhagen Fur, menjual 19 juta kulit bulu Denmark dan sekitar tujuh juta kulit bulu dari negara lain setiap tahunnya. Kulit bulu dan bulu cerpelai adalah barang ekspor pertanian asal hewan terbesar ketiga di Denmark dengan jumlah sekitar 1,1 miliar euro.

Selain Denmark, Belanda yang menjadi pengekspor bulu cerpelai teratas lainnya juga terkena imbas dari kondisi saat ini. Negara ini pun telah mempercepat rencana yang ada untuk menghentikan peternakan bulu hingga tenggat waktu maju dari 2024 hingga 2021.

Laporan DW menyatakan, lebih dari 100 peternakan cerpelai di Belanda akan ditutup pada Maret 2021 akibat dugaan penularan Covid-19 dari hewan. Keputusan ini pun membuat pemerintah menyisihkan 180 juta euro untuk kompensasi ke petani.

Sedangkan Prancis baru-baru ini mengumumkan akan melarang peternakan cerpelai untuk bulu pada 2025. Negara ini mengekspor bulu sekitar 120 juta euro pada 2019.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement