Ahad 01 Nov 2020 06:49 WIB

Al Aqsa Bukan Sekadar Titik Koordinat

Penduduk Al-Quds tidak dapat tinggal bebas di sekitar Al Aqsa.

Al Aqsa Bukan Sekadar Titik Koordinat. Foto: Muslim Palestina menghadiri sholat Jumat di kompleks masjid Al-Aqsa di kota tua Yerusalem pada 23 Oktober 2020 setelah dibuka kembali sepenuhnya menyusul penguncian terbaru di Israel sejak kasus Covid-19 pertama pada Februari.
Foto: Arab News
Al Aqsa Bukan Sekadar Titik Koordinat. Foto: Muslim Palestina menghadiri sholat Jumat di kompleks masjid Al-Aqsa di kota tua Yerusalem pada 23 Oktober 2020 setelah dibuka kembali sepenuhnya menyusul penguncian terbaru di Israel sejak kasus Covid-19 pertama pada Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, JATINANGOR -- Masjid Al-Aqsa bukan sekadar tempat atau titik koordinat dalam peta geografi. Ia adalah aqidah dan iman yang seharusnya ada dalam hati umat muslim seluruh dunia. Maka, sejauh apapun jarak yang memisahkan kita dengan Palestina, kita tetap bisa berkontribusi dan memberikan manfaat untuk negeri yang diberkahi tersebut selama ada aqidah dan iman di hati.

"Ini yang tertanam dalam diri kami, terutama pada pemudanya. Keyakinan itulah yang membuat kami harus berhadapan dengan penggusuran, penghancuran, bahkan penangkapan setiap harinya karena kami tetap mempertahankan aqidah kami," kata Jamal Syuaiqi, seorang pemuda asal Palestina yang juga alumni mahasiswa Teknik Tata Kota Universitas Bahçeşehir, Turki.

Baca Juga

Jamal yang kini tinggal di Kota Al-Quds (Jerussalem) tempat Masjid Al-Aqsha berada, menceritakan bagaimana upaya zionis Israel menghalangi rakyat Palestina untuk masuk ke dalam Masjid Al-Aqsha. Ia menceritakan pengalamannya secara langsung melalui video call pada hari terakhir rangkaian acara Al-Aqsa Awareness Week (AAW), Jumat, (30/10/2020).

"Memang ada penutupan di beberapa titik, terutama ketika mereka sedang merayakan hari-hari besar Yahudi di sekitaran Al-Aqsa. Kami dilarang masuk, terutama pada waktu subuh, kecuali pada beberapa waktu yang telah ditentukan. Bagi siapa saja yang memaksa masuk, maka harus berhadapan dengan penangkapan, bahkan juga tidak jarang terjadi penyiksaan di tempat," ujar Jamal.

Ia menyesali, bagaimana bisa dirinya dan penduduk asli Al-Quds lainnya tidak dapat tinggal dengan bebas. Mereka yang seharusnya dapat bebas tinggal, harus membayar pajak kepada zionis Israel untuk mendapatkan "kebebasan" itu sendiri.

"Jika tidak ingin rumahnya dihancurkan dan ditangkap selama berada di Al-Quds, kami ditagih penarikan pajak oleh zionis Israel minimal 10 dolar," ujar Jamal.

Mohgaqanita, salah seorang peserta mengutarakan kesedihannya.

"Apa yang saudara-saudara Palestina harapkan pada kami muslim di luar Palestina? Sementara kami berharap Al-Aqsa bisa dibebaskan. Kami merasa hanya mampu selemah-lemahnya iman dengan berdoa saja," ujarnya.

Di akhir pertemuan, Jamal menyampaikan ucapan terima kasih kepada para peserta karena sudah memperhatikan Palestina. Ia berharap para peserta muslim di Indonesia dapat shalat bersama di Masjid Al-Aqsa tercinta minimal 2 rakaat, bertemu, dan merasakan apa yang warga Palestina rasakan di sana.

Tidak hanya mendapat kesempatan bercengkrama langsung dengan pemuda Palestina, acara dilanjutkan dengan talkshow bertajuk "Spirit Pemuda Al-Aqsha". Acara tersebut mengundang Febriansyah Martono, salah satu peserta dalam Konferensi Internasional Pemuda Aktivis Palestina dan Siti Fatimah Azzahro, Best Content Creator Baik Berisik.

Mereka menceritakan peran yang bisa para pemuda ambil dalam usaha pembebasan Palestina.

Febri menceritakan pengalamannya ketika mendapat kesempatan mendampingi Syekh Ali Ahmad sebagai penerjemah dalam suatu acara di Indonesia. Febri mendapat nasihat bahwa apabila ia menunda wisudanya, maka sama artinya ia menunda kemerdekaan Palestina.

Lebih lanjut, Febri menceritakan kisah mengenai Perang Ahzab yang terdapat hikmah bahwa di saat situasi yang sangat genting sekalipun, umat muslim justru menjadikan masalah menjadi tantangan, bahkan rasa syukur dengan keyakinan bahwa janji Allah dan Rasul telah datang. Ia juga terkesan dengan salah satu syair yang pernah ia baca waktu remaja dan membuat dirinya tergugah untuk berjuang membebaskan Al-Aqsha.

"Wahai para pemimpin dunia yang tertawan dengan palang salib, telah datang kepada engkau seorang putri Palestina, melapor kondisi mengenai tanah Palestina khususnya Al-Aqsha. Maka sebenarnya seluruh masjid di sini suci, tetapi mengapa saya dihinakan diatas kesucian ini. Syair itu menjadi titik temu saya untuk membebaskan Al-Aqsha," jelas Febri.

Di samping itu, Siti Fatimah Azzahro yang sering disapa Zahro menuturkan, masa muda adalah masa yang penuh dengan semangat. Kemerdekaan suatu bangsa tidak terlepas dari kontribusi para pemuda yang membuat kemerdekaan tersebut dapat tercapai, seperti halnya Indonesia. Maka kitapun seharusnya dapat berkontribusi dengan apapun yang kita punya untuk memerdekakan Palestina.

"Kita bisa ikut memperjuangkan pembebasan Palestina tidak hanya dengan harta, melainkan dengan menjadi 'Content Creator' yang terus melahirkan karya yang bermanfaat untuk menyadarkan bahwa Palestina itu butuh bantuan kita," jelas Zahro.

Zahro menceritakan perubahan besar dalam hidupnya setelah mengikuti Program Baik Berisik dari SMART 171. Sebelum itu, Zahro mengganggap bahwa isu Palestina bukan urusannya. Namun, setelah mengikuti baik berisik, Zahro menyesal dan menyadari bahwa mengapa ia tidak memaksimalkan potensi yang dimilikinya sejak dahulu untuk pembebasan Palestina.

Pada akhir pertemuan, Febri dan Zahro berpesan kepada seluruh pemuda Indonesia untuk memupuk dalam kecintaan dan rasa kepemilikan, serta tetap berisik menggaungkan isu-isu seputar Masjid Al-Aqsha di Palestina.

"Jadi tidak sabar untuk mengikuti baik berisik angkatan 2," ujar Andi, salah seorang peserta AAW 2020.

"Lima hari terindah, terima kasih," ujar Fitriani, salah seorang peserta AAW 2020.

Rangkaian kegiatan dalam acara Al-Aqsa Awareness Week (AAW) 2020 diakhiri dengan pengumuman peserta terbaik dalam beberapa kategori dan ditutup dengan video berisi doa dan harapan dari peserta untuk saudara-saudara kita di Palestina.

Seyla Musi Indah, Ketua Al-Aqsa Awareness Week (AAW) 2020 menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas terlaksananya acara ini.

"Semoga kita dapat istiqomah di jalan-Nya serta apa yang kita usahakan selama ini dapat menjadi semangat dan pengingat bahwa perjuangan membebaskan Palestina tidak berhenti sampai di sini," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement