Rabu 28 Oct 2020 19:00 WIB

Alasan Munafik Disandingkan dengan Kafir dalam Alquran

Allah SWT menyandingkan munafik dan orang kafir dalam Alquran.

Allah SWT menyandingkan munafik dan orang kafir dalam Alquran. Ilustrasi munafik
Foto: wallsdl.com
Allah SWT menyandingkan munafik dan orang kafir dalam Alquran. Ilustrasi munafik

REPUBLIKA.CO.ID, Demikian berbahayanya sifat munafik, sampai-sampai Allah SWT memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang kafir. Mereka sebangsa duri dalam daging dan gemar menggunting dalam lipatan.

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Baca Juga

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." (QS al-Baqarah : 14).   

Golongan manusia semacam ini sudah bertumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis dari waktu ke waktu, dari abad ke abad nanpanjang. Sejak mula manusia diciptakan, mereka akan terus begitu hingga kehidupan berada di ujung kehancurannya. 

Para munafik akan istiqamah mengambil peran, bercampur aduk di antara kelompok baik dan kelompok jahat. Menyebar dari strata masyarakat paling bawah hingga menjadi penghuni menara gading kekuasaan. Karena sifat inilah, maka sering kali hidup kehilangan berkahnya.

Kalau rakyat kecil "berani" melakukan nifak alias menjadi munafik, maka mereka akan suka berbohong, berdusta, dan berkhianat. Jika penghuni menara gading gemar melakukan nifak, maka pemerintahan yang mereka sangga, tinggal menunggu waktu untuk hancur. 

Para pemuja kekuasaan ini akan berkilah telah berbuat, meski sejatinya tidak melakukan apa pun. Kita tidak tahu apakah dalam konteks penciptaan kinerja ini, Presiden berani melakukan perombakan komposisi para pembantunya yang tidak cakap alias nirkinerja?  

Syahdan, demikian Imam Bukhari dan Imam Muslim melaporkan kepada kita dari sahabat Abu Said al-Khudri, ada beberapa lelaki dari golongan munafik yang, jika Rasulullah SAW pergi berperang, selalu "tinggal di rumah". Berulang kali mereka melakukan itu dan amat menikmati "pembangkangan" ini. Karena lihai bersilat lidah, maka mereka selalu memiliki dalih dan alasan. 

Jika Rasulullah kembali, mereka minta maaf, dengan sejuta alasan yang sudah disiapkan. Beberapa di antara mereka malah berani angkat sumpah.

Mereka ingin mendapat pujian atas perbuatan yang tidak pernah mereka lakukan. Maka, turunlah ayat: 

لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih." (QS Ali Imran: 188).

Merujuk pada ayat ini, maka mereka yang tidak bekerja lalu berdusta dengan mendaftar sekian prestasi sebagai sebuah klaim, maka bersia-siaplah menanggung akibatnya. Agama menilainya sebagai bentuk kemunafikan. Allah mengancam kelompok ini dengan azab yang pedih. 

Allah SWT menggunakan istilah "tabsyiir-kabar gembira" ketika hendak mengingatkan bahwa para munafiqun hanya pantas berdampingan hidup dengan kaum kafir. 

إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا  “Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam neraka Jahannam." (QS An-Nisa: 140).

Silakan, demikian kira-kira yang dapat kita tangkap dari pesan Allah ini, bersikaplah munafik karena azab yang pedih siap menyergap.

Dalam konteks kehidupan kita sehari-hari, day to day dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, aksi saling serang antarpimpinan terus terjadi. 

Sifat nifak secara signifikan telah merusak semua sendi kehidupan. Karena itu, karut-marut tata kemasyarakatan dan ketatanegaraan kita, sangat boleh jadi, salah satu penyebabnya adalah kian menebalnya sifat nifak. Saling memaklumi dan menjadi munafik secara berjamaah. 

 بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih." (QS an-Nisa: 138).

 

 * Naskah bagian dari artikel almarhum KH Hasyim Muzadi yang terbit di Harian Republika.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement