Sabtu 24 Oct 2020 15:24 WIB

AS Jatuhkan Sanksi kepada Lembaga Penelitian Rusia

Lembaga Rusia dituding kembangkan program komputer yang bisa rusakkan industri

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Seorang lelaki mengenakan pakaian gaya kolonial mengibarkan bendera AS. Ilustrasi.
Foto: Evan Frost / Minnesota Public Radio via AP
Seorang lelaki mengenakan pakaian gaya kolonial mengibarkan bendera AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada sebuah lembaga penelitian Rusia pada Jumat (23/10). Lembaga itu dituding mengembangkan program komputer berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan industri berskala besar.

Lembaga tersebut adalah Central Scientific Research Institute of Chemistry and Mechanics yang didukung Pemerintah Rusia. Menurut Departemen Keuangan AS, Central Scientific Research membangun alat khusus yang memungkinkan serangan pada fasilitas petrokimia tak dikenal di Timur Tengah tahun 2017.

Baca Juga

Kala itu, serangan tersebut mengguncang komunitas keamanan siber ketika dipublikasikan para peneliti. Tak seperti intrusi digital biasa yang bertujuan mencuri data, serangan tersebut tampaknya bertujuan menyebabkan kerusakan fisik pada fasilitas itu sendiri dengan menonaktifkan sistem keamanannya.

Tahun lalu Departemen Keuangan AS mengatakan para penyerang di balik malware itu turut memindai dan menyelidiki setidak 20 utilitas listrik di Amerika untuk mencari kerentanan. Pemerintah Rusia telah mengkritik penerapan sanksi terhadap Central Scientific Research Institute of Chemistry and Mechanics.

“Kami sekali lagi menekankan tidak sahnya pembatasan sepihak apa pun. Rusia, tidak seperti AS, tidak melakukan operasi ofensif di domain dunia maya. Kami menyerukan kepada Amerika Serikat untuk meninggalkan praktik keji dari tuduhan tidak berdasar," kata Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov.

Dalam sebulan terakhir, AS mengajukan banyak dakwaan terhadap peretas di Rusia, China, dan Iran. Washington memberlakukan sanksi dan mengeluarkan beberapa peringatan tentang intrusi digital yang didukung negara. Para ahli melihat aktivitas tersebut saat AS memperingatkan kekuatan musuh untuk tidak ikut campur dalam pemilihan presiden yang dijadwalkan digelar pada 3 November mendatang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement