Kamis 15 Oct 2020 15:25 WIB

BPS: Posisi Ekspor Mendekati Level Tahun Lalu

Ekspor migas nasional mengalami kontraksi hingga 12,44 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekspor pada September mencapai 14,01 miliar dolar AS. Nilai tersebut mengalami penurunan tipis 0,51 persen (year on year/yoy), namun sudah mulai mendekati level tahun lalu, yakni 14,08 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan tersebut dikarenakan adanya kontraksi pada ekspor migas hingga 12,44 persen menjadi 700 juta dolar AS pada bulan lalu. Sedangkan, ekspor nonmigas naik tipis 0,21 persen menjadi 13,30 miliar dolar AS.

Baca Juga

"Ekspor September 2020 nyaris berhimpit dengan garis hijau (ekspor tahun lalu), artinya bagus, hampir menyamai posisi September 2019," ucapnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/10).

Catatan positif juga diberikan Suhariyanto terhadap perbandingan ekspor secara bulanan. Kinerjanya mengalami pertumbuhan 6,97 persen dibandingkan Agustus 2020 yang sebesar 13,10 miliar dolar AS.

Tren pertumbuhan positif itu dikarenakan adanya kenaikan pada ekspor migas dan nonmigas dibandingkan Agustus 2020. Sementara ekspor migas tumbuh 17,43 persen, ekspor non migas naik 6,47 persen menjadi 13,31 miliar dolar AS. "Tentunya ini irama menggembirakan," kata Suhariyanto.

Golongan barang yang berkontribusi terhadap kinerja positif ekspor September adalah besi dan baja. Nilai ekspornya tumbuh 32,48 persen dari 818,9 juta dolar AS pada Agustus menjadi 1,0 miliar dolar AS pada September. Kendaraan dan bagiannya juga naik 28,26 persen menjadi 640,8 juta dolar AS.

Hanya ada dua golongan barang yang mengalami kontraksi secara nilai maupun volume ekspor. Di antaranya, bahan bakar mineral yang turun 3,84 persen menjadi 1,06 miliar dolar AS pada bulan lalu. Selain itu, logam mulia, perhiasan dan permata yang menyusut 13,32 persen menjadi 737,3 juta dolar AS.

Sementara itu, secara kumulatif, ekspor Indonesia masih mengalami kontraksi. Selama periode Januari-September 2020, nilai ekspor sebesar 117,19 miliar dolar AS, turun 5,81 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Untuk nonmigas saja, nilai ekspornya kontraksi 3,82 persen. "Kita berharap, ekspor akan semakin meningkat," ujar Suhariyanto.

Pertanian menjadi satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan terhadap nilai ekspornya. Pada Januari-September 2020, nilainya naik 9,70 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, menjadi 2,82 miliar dolar AS. Tapi, karena kontribusinya yang hanya 2,40 persen terhadap ekspor nasional, kinerja positif ini belum mampu mendorong kinerja ekspor secara signifikan.

Di sisi lain, sektor tambang mengalami kontraksi dalam hingga 23,96 persen menjadi 14,07 miliar dolar AS. "Karena ada penurunan permintaan dan penurunan harga batubara yang cukup tajam," kata Suhariyanto.

Kontraksi dalam juga dialami sektor migas, hingga 32,10 persen menjadi hanya 5,95 miliar dolar AS. Sektor industri yang berkontribusi hingga 80,52 persen terhadap total ekspor nasional juga mengalami kontraksi. Tapi, penurunannya tipis, yakni 0,25 persen menjadi 94,36 miliar dolar AS selama Januari-September 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement