Rabu 07 Oct 2020 20:44 WIB

Hattrick Deflasi Terjadi di Purwokerto dan Cilacap

Deflasi akibat penurunan harga makanan, minuman, dan tembakau.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Fuji Pratiwi
Pedagang mengupas bawang merah di pasar (ilustrasi). Hattrick deflasi atau deflasi yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut, terjadi di Kota Purwokerto dan Cilacap, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Pedagang mengupas bawang merah di pasar (ilustrasi). Hattrick deflasi atau deflasi yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut, terjadi di Kota Purwokerto dan Cilacap, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Hattrick deflasi atau deflasi yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut, terjadi di Kota Purwokerto dan Cilacap, Jawa Tengah. Sejak Juli hingga September, kedua kota tersebut terus menerus mencatatkan angka deflasi yang menandai terjadinya pelemahan ekonomi.

Pada September 2020 lalu, Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto mencatat deflasi Kota Purwokerto sebesar -0,04 persen (mtm), sedangkan Cilacap -0,03 persen. ''Sementara untuk rata-rata Jawa Tengah mencatatkan angka inflasi sebesar 0,04 persen dan tingkat nasional mencatatkan inflasi 0,05 persen,'' jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi, Rabu (7/10).

Baca Juga

Menurutnya, deflasi di Purwokerto dan Cilacap pada September 2020 ini, disebabkan oleh penurunan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar -0,40 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga, meliputi telur ayam ras, beras, daging ayam ras, bawang merah, dan gula pasir.

''Dari berbagai komoditas ini, penurunan harga yang paling rendah terjadi pada telur ayam ras,'' kata Samsun.

Terjadinya penurunan harga ini, tidak hanya didorong oleh pasokan yang melimpah. Namun juga akibat turunnya permintaan masyarakat akibat wabah Covid 19. ''Harga beras juga demikian, kami perkirakan penurunan harga beras masih akan berlanjut seiring dengan banyaknya sawah yang memasuki musim panen,'' ucap Samsun.

Selain adanya penurunan harga di beberapa komoditas, Samsun juga menyatakan, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga. Antara lain untuk minyak goreng, bawang putih, harga jasa, dan beberapa barang konsumtif.

Dengan kondisi tersebut, Samsun menilai, pada Oktober 2020, perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Purwokerto dan Cilacap. diperkirakan masih akan tetap berada di rentang nol persen hingga 0,20 persen.

''Sumber tekanan inflasi, diperkirakan berasal dari beberapa komoditas yang harganya ditetapkan pemerintah seperti cukai rokok. Juga berbagai komoditas impor akibat adanya fluktuasi nilai tukar rupiah, kondisi perdagangan dunia dan harga komoditas  global di tengah pandemi Covid-19,'' kata Samsun menjelaskan.

Berdasarkan data di BI Purwokerto, pelemahan ekonomi yang ditandai dengan laju inflasi sangat rendah, mulai Maret 2020. Saat itu, laju inflasi Kota Purwokerto tercatat hanya sebesar 0,05 persen dan Cilacap 0,06 persen. Pada April 2020, Kota Purwokerto baru mencatatkan deflasi -0,08 persen dan Cilacap masih mengalami inflasi 0,05 persen.

Pada Mei 2020 atau menjelang Idul Fitri, inflasi Cilacap dan Purwokerto baru mencatatkan angka 'normal', dimana Kota Cilacap mengalami inflasi 0,29 persen dan Purwokerto inflasi 0,19 persen. Bahkan pada Juni 2020, terjadi inflasi cukup tinggi dimana Kota Purwokerto mengalami inflasi hingga  0,4 persen dan Cilacap 0,28 persen.

Namun mulai Juli 2020, kedua kota tersebut kembali mengalami deflasi. Pada bulan tersebut, Kota Purwokerto deflasi -0,2 persen (mtm) dan Cilacap sebesar -0,17 persen. Sedangkan pada Agustus 2020, Kota Purwokerto deflasi mengalami deflasi -0,12 persen (mtm), sedangkan Cilacap -0,09 persen (mtm). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement